PROPOSAL PRAKTIKUM MANDIRI
PENGARUH DOSIS KALSIUM KARBIDA
TERHADAP KECEPATAN PEMATANGAN PISANG(Musa
sp.)
Disusun
oleh:
1.Destirana
Anjayani
2.Ayu
Ainullah Muryasani
3.Rizky
Adi Pratama
Asisten
:1.Bella Vyatrisa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
4.Istiklaliyah
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pisang merupakan
salah satu komoditi hortikultura yang disukai oleh penduduk Indonesia, hampir
disemua daerah memiliki tanaman pisangdengan spesifikasi tersendiri. Produksi
pisang di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun 1995-2010, dimana mencapai
puncak pada tahun 2009 sebanyak 6,3 juta ton/tahun (BPS, 2010 cit. Murtadha dkk.,2012) dan volume
ekspor pisang dari tahun 1996-2003 terus berkurang dikarenakan kebutuhan dalam
negeri yang terus meningkat.
Pisang biasanya
dipanen sebelum matang dengan tingkat kematangan tertentu dan berbagai
pertimbangan pemasaran. Pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak jauh
umumnya pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut -sudut pada
pisang masih tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan
tingkat kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun
sudut buah masih tampak nyata (Pantastico, 1993). Buah pisang yang dipanen pada
tingkat kematangan 75-90% biasanya diberikan
bahan pemacu pematangan agar buah pisang dapat dipasarkan dengan tingkat
kematangan penuh sehingga harga jual pisang menjadi tinggi.
B.Tujuan
1.Mengetahui
pengaruh kalsium karbida terhadap kecepatan pematangan buah pisang.
2.Mengetahui
dosis optimal penggunaan kalsium karbida untuk pematangan buah pisang
II.TINJAUAN PUSTAKA
Kalsium
karbida dipasarkan dalam bentuk bubuk berwarna hitam keabu-abuan dan secara
komersial digunakan sebagai bahan untuk proses pengelasan, tetapi di
negara-negara berkembang digunakan sebagai bahan pemacu pematangan buah.
Kalsium karbida (CaC2) jika dilarutkan di dalam air akan
mengeluarkan gas asetilen (Singal dkk.,
2012). Buah yang dimatangkan dengan kalsium karbida akan mempunyai tekstur dan
warna yang baik.
Parameter mutu
hasil pematangan buah dapat berupa Total Soluble Solid(TSS)dan total asam
tertitrasi(Ranganna, 1977), skor warna menggunakan color chart classification.
Evaluasi karakteristik sensori meliputi uji organoleptik warna, aroma dan
tekstur (numerik) (Soekarto,1985), susut bobot (%), kekerasan buah
.III.METODE PELAKSANAAN
Praktikum
mandiri dilakukan di Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas
Gadjah Mada,Yogyakarta.Alat yang digunakan meliputi timbangan,pisau,mortar
serta penumbuk,refraktometer,pipet,gelas piala 100 ml,labu takar 250
ml,erlenmeyer,dan buret.Bahan yang digunakan meliputi buah pisang mentah
berwarna hijau,kertas koran,kertas,dan serbuk kalsium karbida.
Cara kerjanya ialah masing-masing perlakuan dengan dosis kalsium karbida sebanyak 0 gr(kontrol),5gr,10gr,15 gr,20gr.Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.Masing-masing karbid dibungkus pada kertas dan diberi lubang sebanyak 10.Masing-masing unit percobaan terdapat 6 pisang,2 buah untuk korban awal untuk pengamatan PTT dan TAT sebelum perlakuan,2 buah untuk korban tengah diamati PTT dan TAT setelah pemeraman,2 buah untuk korban akhir diamati kekerasan,perubahan visual buah dari awal dan PTT serta TAT pada hari terakhir.Karbit yang sudah dibungkus kertas dibungkus lagi bersama pisang dengan kertas koran.Komoditas disimpan pada perlakuan tersebut selama 4 hari.Setelah itu,pengamatan yang meliputi susut berat,warna,kekerasan buah yang dilakukan setiap hari selama seminggu.Parameter TSS dan TAT diamatipada awal(sebelum perlakuan),setelah pemeraman,dan pada hari terakhir.Pada pengukuran padatan terlarut total,potongan buah diperas hingga keluar sarinya.Sari buah diteteskan pada prisma refraktometer,Lensa pada alat tersebut(refraktometer) dilihat pada cahaya dan skala ° Brix dibaca.Pada pengukuran total asam tertitrasi,10 gr potongan buah ditambah sedikit aquades dan ditumbuh hingga halus dan ditambah aquades hingga 200 ml.Filtrat dipipet sebanyak 3 kali masing-masing 20 ml.Masing-masing filtrat ditambah phenolptalin 2-3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda.Volume NaOH untuk titrasi dicatat.TAT diukur dengan rumus
TAT(%)=
ml NaOH x N NaOH x total volume bahan x bobot equivalen asam x 100
Volume bahan yang
dititrasi x berat bahan awal x 1000
Nilai
Warna Buah Pisang
Nilai
Warna
|
Keterangan
|
|
1
|
Hijau
Penuh
|
|
2
|
Hijau
dengan warna kuning 10 %
|
|
3
|
Warna
hijau lebih banyak dari warna kuning
|
|
4
|
Warna
hijau dan kuning sebanding
|
|
5
|
Warna
kuning lebih banyak daripada warna hijau
|
|
6
|
Kuning
penuh
|
|
7
|
Kuning
dengan sedikit bercak coklat atau hitam
|
|
8
|
Kuning,daerah
bercak makin meluas
|
Nilai
Kekerasan
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Sangat
Keras
|
2
|
Keras
|
3
|
Agak
lunak
|
4
|
lunak
|
5
|
Sangat
lunak
|
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 5 dosis perlakuan dengan 3 ulangan.
DAFTAR PUSTAKA
Murtadha,A., Elisa Julianti,Ismed
Suhaidi.2012.Pengaruh jenis pematangan terhadap mutu buah pisang barangan(Musa paradisiaca
L.).J.Rekayasa Pangan dan Pert. 1: 41-56.
Pantastico, Er. B., 1993. Fisiologi
Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika
dan Subtropika. Penerjemah : Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta.
Ranganna, S., 1977. Manual of
Analysis of Fruits and Vegetable product. Mc Graw Hill Publishing Comapany, New
Delhi.
Singal, S., M.Kumud dan S.Thakral,
2012. Application of apple as ripening agent for banana. Indian J.of Natural
Products and Resources 3 (1): 61-64.
Soekarto, S. T., 1982. Penilaian
Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB Press, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar