LAPORAN
PRAKTIKUM
BUDIDAYA
TANAMAN TAHUNAN
ACARA
I
KARAKTERISASI
DAN PERKECAMBAHAN BEBERAPA KLON KAKAO
Disusun
oleh:
Rizky
Adi Pratama (12897)
Bagas
Ade Bramantya (12943)
Aisyah Puspasari (13002)
Vina
Himmatul U. (13011)
Gol/Kel:B5/6
Asisten:1.Adwitya Handriawan
2.Aditya Yasyfa M.
3.Benediktus Dimas
LABORATORIUM
MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kakao merupakan komoditas ekspor yang
dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia.Indonesia
merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading dan
Ghana.Permintaan komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke
tahun.Permasalahan utama benih kakao adalah rendahnya mutu benih. Proses untuk
mendapatkan kakao yang memiliki mutu yang baik adalah dengan proses
pemuliaan,yaitu karakterisasi. Karakterisasi merupakan proses identifikasi
untuk mengetahui sifat dari suatu bagian dari tanaman atau hasil tanaman.Dengan
karakterisasi,klon kakao yang mempunyai sifat unggul dapat diketahui dan
dimanfaatkan serta diperbanyak.Peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan
kebutuhan akan komoditas kakao menjadi semakin meningkat.Peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan proses perbanyakan tanaman.Pengenalan cara
perbanyakan tanaman kakao merupakan hal yang penting untuk dapat mengatasi
permasalahan rendahnya produktivitas kakao.
B.Tujuan
1.Mempelajari perbedaan
morfologi buah beberapa klon kakao
2.Mempelajari cara
perbanyakan dan perkecambahan kakao asal biji
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Pada masa yang akan datang,komoditas
kakao diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan
yang lainnya,seperti karet,kopi, dan kelapa sawit.Biji kakao sangat memberikan
kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia.Peningkatan komoditas kakao
dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak.Hal tersebut disebabkan karena
pengolahan kakao membutuhkan beberapa proses seperti penanaman, pemeliharaan, pemanenan,pengolahan
industri,dan pemasaran(Wahyudi et al.,2008).
Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil
dengan baik, langkah awal usaha budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan
bahan tanam di tempat pembibitan. Karena pembibitan merupakan pertumbuhan awal
suatu tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan dalam
pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan, pertumbuhan
bibit kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai media
(Syamsulbahri, 1996 cit. Silaen et al.,2013)
Pertumbuhan dan
produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta
interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya (Winarno,1995 cit. Limbongan,2011). Selanjutnya
dinyatakan bahwa produksi potensial ditentukan oleh bentuk bahan tanam yang
digunakan, misalnya berupa benih, entres, atau sel somatik.
Bahan tanam kakao yang baik harus
berasal dari klon unggul yang telah mendapat pengesahan dan pengakuan tentang
keunggulan yang dimiliki. Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui
pengujian lapangan, yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan
pertanaman. Setelah pengujian lapangan, dilakukan pengujian laboratorium, untuk
menguji kemurnian varietas dan fisik, kandungan air, dan daya
kecambah(Limbongan,2011).
Salah satu karakter kulit buah kakao merupakan parameter
seleksi yang penting.Menurut Brown et al.(1980)
menyatakan bahwa kulit buah yang memiliki alur yang dalam lebih disukai PBK
karena mempermudah peletakan telur pada alur buah. Telur yang telah diletakkan
pada alur buah yang dalam dapat bertahan dari terpaan air hujan atau angin,
sedangkan telur pada buah yang beralur dangkal lebih mudah terlepas dari kulit
buah apabila terkena air hujan atau angin.Ketahanan terhadap hama dapat
diidentifikasi melalui karakter alur buah.
Perkecambahan
dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali
elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti
oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler,
respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada
perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan
yang sesuai (Bewley et al., 1994). Ciri-ciri
benih kakao yang bervigor adalah tahan bila disimpan,dapat berkecambah dengan
cepat dan seragam,bebas dari penyakit benih,tahan terhadap gangguan
mikroorganisme,bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering,bibit
mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan maksimal,
sehingga tumbbuh jaringan baru,laju pertumbuhan bibit tinggi, dan mampu berproduksi
tinggi dalam waktu tertentu (Heydecker, 1972).
Klon kakao RCC 71 merupakan
klon kakao unggul.Klon tersebut dapat digunakan sebagai sumber entres untuk
sambung pucuk dan sambung samping.Klon tersebut merupakan klon kakao lindak
yang dapat dianjurkan untuk program klonalisasi.Klon tersebut dapat digunakan
untuk rehabilitasi tanaman kakao seluas 94 ha melalui teknik sambung
samping(Winarsih dan Prawoto cit.
Limbongan,2010).
III.METODE
PELAKSANAAN
Praktikum Karakterisasi dan Perkecambahan
Beberapa Klon Kakao dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 pada pukul 13.30
WIB di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang dibutuhkan
meliputi pisau, cawan, label, toples, dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan
meliputi buah kakao hybrid, KKM 22,
RCC 71, abu gosok, air, dan Dithane-45.
Buah kakao dengan 3 klon Hybrid, KKM,
RCC diamati meliputi bentuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah
masak, tekstur kulit buah, panjang buah, diameter buah, kedalaman alur buah,
dan jumlah biji per buah. Setiap buah dipotong dan biji diambil. Pulp biji kakao dibersihkan dengan abu.
Dua puluh lima biji diambil dari masing-masing klon. Biji dicelupkan ke
fungisida Dithane M-45 selama 30 detik. Biji dikecambahkan pada petridish. Percobaan disusun dengan rancangan
acak lengkap. Pemeliharaan biji dengan disemprot air dengan cukup. Pengamatan
dilakukan setiap hari selama 1 minggu meliputi jumlah biji yang berkecambah.
Gaya berkecambah dihitung pada hari terakhir pengamatan.Indeks vigor dari data
hasil pengamatan dihitung setiap hari selama 7 hari. Analisis ANOVA satu arah
dilakukan pada gaya berkecambah dan bobot per biji kakao.Apabila terdapat beda
nyata dilakukan dengan uji lanjut dengan DMRT 5 %Histogram gaya berkecambah dan
grafik indeks vigor dibuat.
IV.HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
|
Data Karakterisasi:
Nama
klon : Hibrida
Bentuk
buah : bulat
memanjang
Warna
kulit buah masak : kuning oranye
Tekstur
kulit buah : kasar
Panjang buah : 18 cm
Kedalaman alur buah :
agak dalam
Jumlah biji per buah : 42 biji
Bobot per biji :
1,235 gram
Keliling
buah : 18,4 cm
Deskripsi
Klon:
Bahan tanam dalam bentuk benih, produktivitas
mencapai 1—1,5 ton/ha.Terdapat keragaman produktivitas antar tanaman akibat
proses segregasi sifat-sifat tetua klonal. Populasi tanaman secara umum
lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hibrida yang tersedia: ICS
13 x Sca 6/Sca 12, ICS 60 x Sca 6/Sca 12, GC 7 x Sca 6/Sca 12, DR 1 x Sca 6/Sca
12 (Anonim, 2010).
|
Nama klon :
KKM 22
Bentuk buah :
lonjong
Warna kulit buah masak :
kuning oranye
Tekstur kulit buah :
agak halus
Panjang buah :
15,75 cm
Kedalaman alur buah :
agak dalam
Jumlah biji per buah :
34,17
Bobot per biji :
1,42 gram
Keliling buah :
25,59 cm
Deskripsi Klon:
Klon kakao jenis ini memiliki kadar kulit biji
yakni 12.3% dan memiliki kadar lemak sekitar 56.9%. Jenis ini menghasikan biji
kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini
banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk-produk
cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan
karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif (Hosnan,
2012).
|
Nama klon : RCC 71
Bentuk buah :
agak bulat
Warna kulit buah masak :merah
alur kuning
Tekstur kulit buah :
agak kasar
Panjang buah :
17,03 cm
Kedalaman alur buah :
dalam
Jumlah biji per buah :
43
Bobot per biji :
1,7 gram
Keliling buah :
22,19 cm
Deskripsi Klon:
Tajuk berukuran sedang
dan merata. Buah muda berwarna merah gelap dan saat tua berwarna merah jingga.
Produktivitas tinggi mencapai 1.891 kg/ha/tahun. Bobot rata-rata biji kering
1.18 g/ Kadar lemak biji 58%. Toleran terhadap hama Helopeltis (Anonim, 2011). ). Klon ini juga memiliki tajuk yang berukuran
sedang dan merata. Jenis ini juga memiliki pertumbuhan
vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit dibandingkan kakao mulia.
2.
Perkecambahan Biji
Klon Kakao
|
Variabel
|
|
Bobot biji (gram)
|
Gaya Berkecambah (%)
|
|
Hibrida
|
1,24 a
|
0,88
|
KKM 22
|
1,42 a
|
0,953333
|
RCC 71
|
1,70 b
|
0,966667
|
Pembahasan:
Karakterisasi
merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang
bernilai ekonomi atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Parameter yang diamati dapat berupa karakter
morfologi (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji, dan sebagainya),
karakter agronomi (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah
anakan, dan sebagainya), karakter fisiologi (senyawa alelopati, fenol,
alkaloid, reaksi pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim, dan marka
molekuler (Balitbiogen, 2004).
Karakterisasi
dilakukan guna mengetahui sifat dan manfaat plasma nutfah untuk mempermudah
pemanfaatannya. Karakterisasi plasma nutfah merupakan salah satu kegiatan rutin
plasma nutfah yang dilakukan dalam rangka mengetahui potensi sifat-sifat yang
dimiliki agar dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan. Karakterisasi plasma
nutfah tanaman dilakukan terhadap sifat-sifat morfologi dan agronomi. Evaluasi
dilakukan terhadap sifat ketahanan/toleransi terhadap cekaman biotik, abiotik,
mutu dan nutrisi. Sedangkan pada mikroba, karakterisasi plasma nutfah dilakukan
terhadap sifat-sifat morfologi, fisiologi, biokimia, molekular, dan
potensi/manfaat yang dapat digali.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan cabang, batang, akar ataupun daun biasa disebut klonalisasi. Bagian
vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk
klonalisasi adalah batang atau cabang, yang disebut entres atau kayu okulasi.
Klonalisasi dapat dilakukan di pembibitan maupun pada tanaman kakao dewasa di
lapangan, misalnya dengan okulasi di pembibitan atau sambung samping di
pertanaman (Rubiyo 2001). Keuntungan teknik klonalisasi di pertanaman yaitu mendapat
tanaman baru tanpa melakukan penyulaman sehingga tidak perlu membongkar tanaman
yang sudah ada (Limbongan et al.
2010).
Perbanyakan
vegetatif akan menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya
sehingga diperoleh pertanaman kakao yang seragam baik produktivitas maupun mutu
hasilnya. Namun, Limbongan et al.
(2010) menyatakan bahwa
masalah yang ditemui pada penggunaan entres untuk perbanyakan tanaman adalah
kurangnya keterampilan dan pengalaman petani sehingga persentase sambung jadi
rendah. Selanjutnya disimpulkan bahwa persentase sambung jadi, selain
dipengaruhi oleh jenis klon sumber entres, juga ditentukan oleh pengalaman dan
keterampilan petani untuk melakukan pengembangan. Petani yang baru belajar
menyambung hanya bisa mendapat 53% sambung jadi, sedangkan petani yang
berpengalaman melakukan penyambungan selama dua tahun bisa memperoleh 75%
sambung jadi. Masalah lain adalah umur entres maksimum hanya lima hari sehingga
pengiriman dari tempat yang jauh bisa mengakibatkan kematian entres sebelum
digunakan.
Sejak
tahun 2008 Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
mulai memproduksi planlet kakao
dengan teknik somatic embryogenesis
(SE). SE adalah proses menumbuhkan sel somatik dalam kondisi terkontrol, yang
selanjutnya berkembang menjadi sel embriogenik dan setelah mengalami perubahan
morfologi dan biokimia akan terbentuk embrio somatik. Tanaman asal SE lebih
unggul dibanding tanaman asal benih ataupun perbanyakan vegetatif lainnya.
Tanaman hasil SE memiliki tajuk sempurna, berakar tunggang, pertumbuhan
seragam, vigor, relatif tahan kekeringan, dan produktivitasnya tinggi. Teknik
SE dapat menyediakan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, berkualitas
tinggi dan seragam, secara genetik sama dengan induknya, dan secara morfologi
normal (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2008).
Kendala
yang dihadapi dalam kultur jaringan kakao menurut Winarsih et al. (2002) adalah produksi kalus, fenol, dan lendir yang
berlebihan dari eksplan jaringan vegetatif sehingga memengaruhi jumlah embrio
yang dihasilkan. Penggunaan hormon tumbuh indole
butyric acid (IBA) pada berbagai konsentrasi diduga dapat menginisiasi
regenerasi dari eksplan embrio zigotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat interaksi antara konsentrasi IBA dan klon yang diuji. Pada media
multiplikasi, jumlah embrio paling banyak pada klon Sca 6, ICS 60, dan RCC 72
diperoleh dari perlakuan IBA 4 mg/l, dan pada klon TSH 858 dan DR 2
berturut-turut dari perlakuan IBA 2 dan 1 mg/l.
Tanaman
kakao yang akan diambil bibitnya atau benihnya sebaiknya dari kebun induk, yang
mempunyai sifat-sifat:
a. Kondisinya sehat
b. pertumbuhanya normal dan kokoh
c. menghasilkan produksi yang tinggi antara
70-90 tongkol per pohon pertahun
d. berumur antara 12-18 tahun
Kriteria
benih kakao yang baik, yaitu benih berasal dari buah yang normal bentuknya,
sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon). Benih yang cukup tua mempunyai
tanda-tanda warna kuning, jika buah digoncang-goncang timbul suara dan jika
buah diketuk-ketuk dengan tangan suaranya bergema.
Klon
|
Gaya Berkecambah
|
Hibrida
|
88 %
|
KKM
|
95%
|
RCC
|
97%
|
Gaya berkecambah(GB)
merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui baik tidaknya
kualitas biji yang akan digunakan sebagai benih. Dengan nilai GB yang mendekati
100% berarti mengindikasikan bahwa biji tersebut sangat cocok digunakan sebagai
benih karena hampir 100% seluruh biji akan berkecambah sehingga tidak
menimbulkan kerugian dalam dunia usaha tani perkebunan kakao.
Berdasarkan data di atas
dapat diketahui bahwa klon Hibrida memiliki gaya berkecambah 88% dan Klon KKM 22
memiliki gaya berkecambah 95%, sedangkan klon RCC 71 memiliki nilai gaya
berkecambah sebesat 97% atau dengan kata lain tidak semua biji yang
dikecambahkan berhasil berkecambah. Hal ini dapat disebabkan Faktor-faktor yang
berasal dari dalam biji yaitu keadaan cadangan makanan (endosperm) dan keadaan embrio. Cadangan makanan berupa karbohidrat.
Cadangan makanan dalam biji harus cukup selama proses perkecambahan sampai tanaman
dapat mencari makan dalam tanah. Embrio harus dalam keadaan sehat karena
menentukan proses pertumbuhan dan hasil produksi.
Gambar 1. Grafik indeks vigor pada
beberapa klon kakao
Indeks
vigor merupakan parameter untuk mengetahui keserampakan perkecambahan pada biji
atau benih.Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa antara benih yang satu
dengan benih yang lainnya memiliki kualitas yang hampir serupa. Hal ini
terlihat dari perkembangan indeks vigor yang relatif sama. Pada hari ke-2 benih
klon KKM 22 dan Hibrida sudah sepenuhnya berkecambah. Namun untuk RCC 71 tidak
demikian. Hal ini karena ada beberapa benih yang kurang berkembang.Pada klon
KKM 22 dan RCC 71 memiliki keserampakan
berkecambah biji yang baik.Hal tersebut disebabkan karena dua klon
tersebut merupakan klon yang unggul.Pada klon hibrida,keserampakan
berkecambahnya kurang baik.Hal tersebut disebabkan karena klon tersebut,biji
dalam satu buah memiliki variasi yang tidak seragam karena diperoleh dari
proses persilangan(F1) di mana pada generasi tersebut sifat biji belum seragam.
Berdasarkan
hasil analisis ANOVA,bobot biji diperoleh bahwa klon KKM 22, RCC 71, dan Hibrida
ketiganya berbeda nyata setelah dilakukan uji lanjut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan klon menyebabkan adanya perbedaan bobot biji.Dari
ketiga klon tersebut,hanya klon RCC 71 berbeda nyata dengan klon yang lain. Hal
tersebut karena klon tersebut merupakan klon yang unggul.Sedangkan pada hasil
analisis gaya berkecambah didapatkan hasil tidak berbeda nyata sehingga tidak
dilakukan uji lanjut.
Berdasarkan
histogram,kakao RCC 71 memiliki gaya kecambah yang paling tinggi.Klon kakao tersebut merupakan klon kakao yang
unggul sehingga memiliki daya kecambah yang baik(Situmorang dan Muhadjir,1981 cit. Sulle,2007).Kakao RCC 71 dan KKM 22
termasuk jenis yang sangat rentan terhadap P.palmivora.Akan
tetapi KKM 22 lebih rentan daripada RCC 71(Rubiyo et al.,2010).Kakao hibrida memiliki gaya kecambah paling rendah.Hal
tersebut dapat disebabkan karena klon hibrida merupakan hasil dari persilangan
di mana sifat hasil dari persilangan atau F1 belum seragam sehingga memiliki
gaya kecambah yang rendah.Berdasarkan analisis ANOVA satu arah pada taraf 5 % menunjukkan
bahwa tidak terdapat beda yang nyata antar klon kakao dalam hal gaya
berkecambah.Hal tersebut dapat disebabkan oleh mutu dari biji masing-masing
klon.
V.KESIMPULAN
1.Klon kakao
Hibrida,RCC 71,dan KKM 22 memiliki morfologi berbeda dalam hal kenampakan fisik
luar buah dan biji.
2.Perbanyakan kakao
dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.Perkecambahan kakao dilakukan
dengan menyemai biji yang telah diperlakukan dengan fungisida pada toples yang
telah dibasahi dan dilakukan perawatan rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Budidaya Kakao.<https://lordbroken.wordpress.com/2011/01/29/budidaya-kakao/>.
Diakses tanggal 9 Mei 2015.
Balitbiogen.
2004. Katogog Data Paspor Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Balitbiogen, Bogor.
Bewley, J. Derek and Michael Black. 1994. Seed Physicology of
Development and Germination. Plenum Press, New York.
Brown,
A.D.H., B.S. Weir, S.D. Tanksley, and T.J. Orton. 1980. Measuring Genetic
Variability in Plant Population. Part A.Elsevier, Amsterdam
Heydecker, W. 1972. In Viability of Seeds. E. H.
Roberts ed.Syracuse University Press, USA.
Hosnan,
A. 2012. Klon Koko. <http://animhosnan.blogspot.com/2012/02/klon-koko.html>.
Diakses tangga 22 Maret 2015.
Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia. 2008. Indonesia berhasil menerapkan teknik
embriogenesis somatik pada kakao skala komersial. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 30 : 18−19.
Limbongan,Jermia.2010.Kesiapan
penerapan teknologi sambung samping untuk mendukung program rehabilitasi
tanaman kakao.Jurnal Litbang Pertanian 30: 156-163.
Limbongan,Jermia.2011.Karakteristik
morfologis dan anatomis klon harapan tahan penggerek buah kakao sebagai sumber
bahan tanam.Jurnal Litbang Pertanian 31: 14-20.
Limbongan,
J., K. Syafruddin, A. Dharmawida, N. Basir, dan P. Sanggola. 2010. Pengkajian
penggunaan bahan tanaman unggul menunjang program rehabilitasi tanaman kakao di
Sulawesi Selatan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Rubiyo.
2001. Peranan bahan tanam unggul untuk meningkatkan produktivitas dan mutu
kakao lindak di Provinsi Bali. hlm. 254− 259. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah
Mendukung Otonomi Daerah, Denpasar, 5 September 2001. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Silaen,O.S.,Ferry
E.S.,dan Balonggu Siagian.2013.Respon pertumbuhan bibit kakao terhadap
vermikompos dan pupuk p.Jurnal Online Agroteknologi 1: 1255-1264.
Sulle,Ahmad.2007.
Pengelolaan plasma nutfah jambu mete dan kakao di Sulawesi Tenggara. Buletin
Plasma Nutfah 13: 19-26.
Wahyudi,T.,T.R.Panggabean,dan
Pujiyanto.2008.Panduan Lengkap Kakao.Penebar Swadaya,Depok.
Winarsih,
S., D. Santoso, dan T. Wardiyati. 2002. Embriogenesis somatik dan regenerasi
dari eksplan embrio zigotik kakao (Theobroma
cacao L.). Pelita Perkebunan 18 : 99−108.
LAMPIRAN
Analisis
ANOVA
1.Gaya
Berkecambah
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F hitung
|
F tabel 5 %
|
Perlakuan
|
2
|
261.3333
|
130.6667
|
1.464143
|
3.6823203
|
Galat
|
15
|
1338.667
|
89.24444
|
||
Total
|
17
|
1600
|
Kesimpulan:Pada taraf 5 % tidak terdapat beda nyata
gaya berkecambah antar klon kakao.
2.Bobot
Per Biji
SK
|
db
|
JK
|
KT
|
F hitung
|
F tabel 5%
|
Perlakuan
|
2
|
0.661433
|
0.330717
|
9.788056
|
3.6823203
|
Galat
|
15
|
0.506817
|
0.033788
|
||
Total
|
17
|
1.16825
|
Kesimpulan:Pada taraf 5 % terdapat beda nyata bobot
per biji antar varietas klon kakao
Uji
Lanjut DMRT 5 %
P
|
2
|
3
|
Nilai Jarak
|
3.014
|
3.16
|
DMRT 5%
|
0.226176
|
0.237133
|
Varietas
|
Hibrida
|
KKM 22
|
RCC 71
|
Rerata
|
1.233333
|
1.421667
|
1.7
|
Rerata + DMRT 5 %
|
1.45951
|
1.658799
|
Varietas
|
Hibrida
|
KKM 22
|
RCC 71
|
Simbol Beda nyata
|
a
|
a
|
b
|
Kesimpulan:Berdasarkan uji DMRT 5 %,tidak
terdapat beda nyata antara kakao varietas Hibrida dan KKM 22.Kakao varietas RCC
71 memiliki bobot per biji yang berbeda nyata dengan varietas Hibrida dan KKM
22.
Data
Jumlah Biji Yang Berkecambah
Klon
|
Kel.
|
Jumlah biji berkecambah hari ke-
|
Total
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||
Hibrida
|
1
|
0
|
5
|
5
|
6
|
2
|
5
|
0
|
23
|
2
|
1
|
1
|
0
|
2
|
16
|
2
|
2
|
24
|
|
3
|
0
|
0
|
1
|
3
|
0
|
11
|
2
|
17
|
|
4
|
0
|
6
|
0
|
2
|
2
|
5
|
5
|
20
|
|
5
|
0
|
0
|
18
|
5
|
0
|
0
|
0
|
23
|
|
6
|
4
|
16
|
3
|
2
|
0
|
0
|
0
|
25
|
|
KKM 22
|
1
|
0
|
6
|
12
|
7
|
0
|
0
|
0
|
25
|
2
|
0
|
21
|
0
|
3
|
0
|
1
|
0
|
25
|
|
3
|
0
|
0
|
22
|
0
|
0
|
0
|
2
|
24
|
|
4
|
1
|
3
|
1
|
3
|
7
|
5
|
0
|
20
|
|
5
|
0
|
0
|
14
|
9
|
1
|
0
|
0
|
24
|
|
6
|
0
|
20
|
3
|
1
|
1
|
0
|
0
|
25
|
|
RCC 71
|
1
|
0
|
6
|
12
|
7
|
0
|
0
|
0
|
25
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
13
|
4
|
2
|
20
|
|
3
|
0
|
0
|
9
|
12
|
2
|
0
|
2
|
25
|
|
4
|
1
|
12
|
4
|
1
|
7
|
0
|
0
|
25
|
|
5
|
0
|
0
|
23
|
2
|
0
|
0
|
0
|
25
|
|
6
|
1
|
18
|
4
|
2
|
0
|
0
|
0
|
25
|
Data
Indeks Vigor dan Gaya Berkecambah
Indeks Vigor
|
GB (%)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
0
|
2.5
|
1.67
|
1.5
|
0.4
|
0.83
|
0
|
92%
|
1
|
0.5
|
0
|
0.5
|
3.2
|
0.333333
|
0.285714
|
96%
|
0
|
0
|
0.33
|
0.75
|
0
|
1.83
|
0.29
|
68%
|
0
|
3
|
0
|
0.5
|
0.4
|
0.83
|
0.71
|
80%
|
0
|
0
|
6
|
1.25
|
0
|
0
|
0
|
92%
|
4
|
8
|
1
|
0.5
|
0
|
0
|
0
|
100%
|
0
|
3
|
4
|
1.75
|
0
|
0
|
0
|
100%
|
0
|
10.5
|
0
|
0.75
|
0
|
0.166667
|
0
|
100%
|
0
|
0
|
7.33
|
0
|
0
|
0
|
0.29
|
96%
|
1
|
1.5
|
0.33
|
0.75
|
1.4
|
0.83
|
0
|
80%
|
0
|
0
|
4.67
|
2.25
|
0.2
|
0
|
0
|
96%
|
0
|
10
|
1
|
0.25
|
0.2
|
0
|
0
|
100%
|
0
|
3
|
4
|
1.75
|
0
|
0
|
0
|
100%
|
0
|
0
|
0.333333
|
0
|
2.6
|
0.666667
|
0.285714
|
80%
|
0
|
0
|
3
|
3
|
0.4
|
0
|
0.29
|
100%
|
1
|
6
|
1.33
|
0.25
|
1.4
|
0
|
0
|
100%
|
0
|
0
|
7.67
|
0.50
|
0
|
0
|
0
|
100%
|
1
|
9
|
1.333333
|
0.5
|
0
|
0
|
0
|
100%
|
Bobot
Biji Kakao
Klon
|
Ulangan
|
Bobot(gr)
|
Hibrida
|
1
|
1.31
|
2
|
1.26
|
|
3
|
1.42
|
|
4
|
1.13
|
|
5
|
1.18
|
|
6
|
1.1
|
|
KKM 22
|
1
|
1.63
|
2
|
1.37
|
|
3
|
0.89
|
|
4
|
1.35
|
|
5
|
1.63
|
|
6
|
1.66
|
|
RCC 71
|
1
|
1.7
|
2
|
1.7
|
|
3
|
1.7
|
|
4
|
1.7
|
|
5
|
1.7
|
|
6
|
1.7
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar