Senin, 08 Juni 2015

KARAKTERISASI DAN PERKECAMBAHAN BEBERAPA KLON KAKAO



LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
ACARA I
KARAKTERISASI DAN PERKECAMBAHAN BEBERAPA KLON KAKAO
Disusun oleh:
Rizky Adi Pratama      (12897)
Bagas Ade Bramantya (12943)
                                                     Aisyah Puspasari         (13002)
Vina Himmatul U.       (13011)
                                                     Gol/Kel:B5/6
                                                     Asisten:1.Adwitya Handriawan
                                                                  2.Aditya Yasyfa M.
                                                                  3.Benediktus Dimas
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
       Kakao merupakan komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia.Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.Permintaan komoditas kakao semakin meningkat dari tahun ke tahun.Permasalahan utama benih kakao adalah rendahnya mutu benih. Proses untuk mendapatkan kakao yang memiliki mutu yang baik adalah dengan proses pemuliaan,yaitu karakterisasi. Karakterisasi merupakan proses identifikasi untuk mengetahui sifat dari suatu bagian dari tanaman atau hasil tanaman.Dengan karakterisasi,klon kakao yang mempunyai sifat unggul dapat diketahui dan dimanfaatkan serta diperbanyak.Peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan kebutuhan akan komoditas kakao menjadi semakin meningkat.Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan proses perbanyakan tanaman.Pengenalan cara perbanyakan tanaman kakao merupakan hal yang penting untuk dapat mengatasi permasalahan rendahnya produktivitas kakao.
B.Tujuan
1.Mempelajari perbedaan morfologi buah beberapa klon kakao
2.Mempelajari cara perbanyakan dan perkecambahan kakao asal biji
II.TINJAUAN PUSTAKA
        Pada masa yang akan datang,komoditas kakao diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan yang lainnya,seperti karet,kopi, dan kelapa sawit.Biji kakao sangat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia.Peningkatan komoditas kakao dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak.Hal tersebut disebabkan karena pengolahan kakao membutuhkan beberapa proses seperti penanaman, pemeliharaan, pemanenan,pengolahan industri,dan pemasaran(Wahyudi et al.,2008).
       Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan baik, langkah awal usaha budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan bahan tanam di tempat pembibitan. Karena pembibitan merupakan pertumbuhan awal suatu tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan dalam pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan, pertumbuhan bibit kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai media (Syamsulbahri, 1996 cit. Silaen et al.,2013)
     Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya (Winarno,1995 cit. Limbongan,2011). Selanjutnya dinyatakan bahwa produksi potensial ditentukan oleh bentuk bahan tanam yang digunakan, misalnya berupa benih, entres, atau sel somatik. Bahan tanam kakao yang baik harus berasal dari klon unggul yang telah mendapat pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui pengujian lapangan, yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan pertanaman. Setelah pengujian lapangan, dilakukan pengujian laboratorium, untuk menguji kemurnian varietas dan fisik, kandungan air, dan daya kecambah(Limbongan,2011).
      Salah satu karakter kulit buah kakao merupakan parameter seleksi yang penting.Menurut Brown et al.(1980) menyatakan bahwa kulit buah yang memiliki alur yang dalam lebih disukai PBK karena mempermudah peletakan telur pada alur buah. Telur yang telah diletakkan pada alur buah yang dalam dapat bertahan dari terpaan air hujan atau angin, sedangkan telur pada buah yang beralur dangkal lebih mudah terlepas dari kulit buah apabila terkena air hujan atau angin.Ketahanan terhadap hama dapat diidentifikasi melalui karakter alur buah.
      Perkecambahan dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler, respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Bewley et al., 1994). Ciri-ciri benih kakao yang bervigor adalah tahan bila disimpan,dapat berkecambah dengan cepat dan seragam,bebas dari penyakit benih,tahan terhadap gangguan mikroorganisme,bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering,bibit mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan maksimal, sehingga tumbbuh jaringan baru,laju pertumbuhan bibit tinggi, dan mampu berproduksi tinggi dalam waktu tertentu (Heydecker, 1972).
      Klon kakao RCC 71 merupakan klon kakao unggul.Klon tersebut dapat digunakan sebagai sumber entres untuk sambung pucuk dan sambung samping.Klon tersebut merupakan klon kakao lindak yang dapat dianjurkan untuk program klonalisasi.Klon tersebut dapat digunakan untuk rehabilitasi tanaman kakao seluas 94 ha melalui teknik sambung samping(Winarsih dan Prawoto cit. Limbongan,2010).








III.METODE PELAKSANAAN
      Praktikum Karakterisasi dan Perkecambahan Beberapa Klon Kakao dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 pada pukul 13.30 WIB di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang dibutuhkan meliputi pisau, cawan, label, toples, dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan meliputi buah kakao hybrid, KKM 22, RCC 71, abu gosok, air, dan Dithane-45.
       Buah kakao dengan 3 klon Hybrid, KKM, RCC diamati meliputi bentuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, tekstur kulit buah, panjang buah, diameter buah, kedalaman alur buah, dan jumlah biji per buah. Setiap buah dipotong dan biji diambil. Pulp biji kakao dibersihkan dengan abu. Dua puluh lima biji diambil dari masing-masing klon. Biji dicelupkan ke fungisida Dithane M-45 selama 30 detik. Biji dikecambahkan pada  petridish. Percobaan disusun dengan rancangan acak lengkap. Pemeliharaan biji dengan disemprot air dengan cukup. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 1 minggu meliputi jumlah biji yang berkecambah. Gaya berkecambah dihitung pada hari terakhir pengamatan.Indeks vigor dari data hasil pengamatan dihitung setiap hari selama 7 hari. Analisis ANOVA satu arah dilakukan pada gaya berkecambah dan bobot per biji kakao.Apabila terdapat beda nyata dilakukan dengan uji lanjut dengan DMRT 5 %Histogram gaya berkecambah dan grafik indeks vigor dibuat.













IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
kakao.jpg
 
1. Karakterisasi
                                                                              Data Karakterisasi:
Nama klon                         : Hibrida
Bentuk buah                      : bulat memanjang
Warna kulit buah masak    : kuning oranye
Tekstur kulit buah             : kasar
                                                                  Panjang buah                     : 18 cm                                 
           Kedalaman alur buah        : agak dalam
      Jumlah biji per buah          : 42 biji
Bobot per biji                    : 1,235 gram
Keliling buah                    : 18,4 cm

Deskripsi Klon:
     Bahan tanam dalam bentuk benih, produktivitas mencapai 1—1,5 ton/ha.Terdapat keragaman produktivitas antar tanaman akibat proses segregasi sifat-sifat tetua klonal. Populasi tanaman secara umum lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hibrida yang tersedia: ICS 13 x Sca 6/Sca 12, ICS 60 x Sca 6/Sca 12, GC 7 x Sca 6/Sca 12, DR 1 x Sca 6/Sca 12 (Anonim, 2010).


 
11261059_900796806650085_1106620661_n.jpg
 
Data Karakterisasi:
Nama klon                         : KKM 22
Bentuk buah                     : lonjong
Warna kulit buah masak   : kuning oranye
Tekstur kulit buah             : agak halus
Panjang buah                    : 15,75 cm
Kedalaman alur buah       : agak dalam
Jumlah biji per buah          : 34,17
Bobot per biji                    : 1,42 gram
Keliling buah                    : 25,59 cm
Deskripsi Klon:
Klon kakao jenis ini memiliki kadar kulit biji yakni 12.3% dan memiliki kadar lemak sekitar 56.9%. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai bahan pembuatan produk-produk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif (Hosnan, 2012).

11267325_900796866650079_1446175872_n.jpg
 
Data Karakterisasi:
Nama klon                              : RCC 71
Bentuk buah                           : agak bulat
Warna kulit buah masak         :merah alur kuning
Tekstur kulit buah                  : agak kasar
Panjang buah                          : 17,03 cm
Kedalaman alur buah             : dalam
Jumlah biji per buah               : 43
Bobot per biji                         : 1,7 gram
Keliling buah                          : 22,19 cm
Deskripsi Klon:
      Tajuk berukuran sedang dan merata. Buah muda berwarna merah gelap dan saat tua berwarna merah jingga. Produktivitas tinggi mencapai 1.891 kg/ha/tahun. Bobot rata-rata biji kering 1.18 g/ Kadar lemak biji 58%. Toleran terhadap hama Helopeltis (Anonim, 2011). ). Klon ini juga memiliki tajuk yang berukuran sedang dan merata. Jenis ini juga memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia.

2. Perkecambahan Biji
Klon Kakao
Variabel
Bobot biji (gram)
Gaya Berkecambah (%)
Hibrida
1,24  a
0,88
KKM 22
1,42  a
0,953333
RCC 71
1,70  b
0,966667

Pembahasan:
Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomi atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Parameter yang diamati dapat berupa karakter morfologi (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji, dan sebagainya), karakter agronomi (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan, dan sebagainya), karakter fisiologi (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim, dan marka molekuler (Balitbiogen, 2004).
Karakterisasi dilakukan guna mengetahui sifat dan manfaat plasma nutfah untuk mempermudah pemanfaatannya. Karakterisasi plasma nutfah merupakan salah satu kegiatan rutin plasma nutfah yang dilakukan dalam rangka mengetahui potensi sifat-sifat yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan. Karakterisasi plasma nutfah tanaman dilakukan terhadap sifat-sifat morfologi dan agronomi. Evaluasi dilakukan terhadap sifat ketahanan/toleransi terhadap cekaman biotik, abiotik, mutu dan nutrisi. Sedangkan pada mikroba, karakterisasi plasma nutfah dilakukan terhadap sifat-sifat morfologi, fisiologi, biokimia, molekular, dan potensi/manfaat yang dapat digali.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan cabang, batang, akar ataupun daun biasa disebut klonalisasi. Bagian vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk klonalisasi adalah batang atau cabang, yang disebut entres atau kayu okulasi. Klonalisasi dapat dilakukan di pembibitan maupun pada tanaman kakao dewasa di lapangan, misalnya dengan okulasi di pembibitan atau sambung samping di pertanaman (Rubiyo 2001). Keuntungan teknik klonalisasi di pertanaman yaitu mendapat tanaman baru tanpa melakukan penyulaman sehingga tidak perlu membongkar tanaman yang sudah ada (Limbongan et al. 2010).
Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya sehingga diperoleh pertanaman kakao yang seragam baik produktivitas maupun mutu hasilnya. Namun, Limbongan et al. (2010) menyatakan bahwa masalah yang ditemui pada penggunaan entres untuk perbanyakan tanaman adalah kurangnya keterampilan dan pengalaman petani sehingga persentase sambung jadi rendah. Selanjutnya disimpulkan bahwa persentase sambung jadi, selain dipengaruhi oleh jenis klon sumber entres, juga ditentukan oleh pengalaman dan keterampilan petani untuk melakukan pengembangan. Petani yang baru belajar menyambung hanya bisa mendapat 53% sambung jadi, sedangkan petani yang berpengalaman melakukan penyambungan selama dua tahun bisa memperoleh 75% sambung jadi. Masalah lain adalah umur entres maksimum hanya lima hari sehingga pengiriman dari tempat yang jauh bisa mengakibatkan kematian entres sebelum digunakan.
Sejak tahun 2008 Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Penelitian Kopi dan Kakao mulai memproduksi planlet kakao dengan teknik somatic embryogenesis (SE). SE adalah proses menumbuhkan sel somatik dalam kondisi terkontrol, yang selanjutnya berkembang menjadi sel embriogenik dan setelah mengalami perubahan morfologi dan biokimia akan terbentuk embrio somatik. Tanaman asal SE lebih unggul dibanding tanaman asal benih ataupun perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman hasil SE memiliki tajuk sempurna, berakar tunggang, pertumbuhan seragam, vigor, relatif tahan kekeringan, dan produktivitasnya tinggi. Teknik SE dapat menyediakan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, berkualitas tinggi dan seragam, secara genetik sama dengan induknya, dan secara morfologi normal (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2008).
Kendala yang dihadapi dalam kultur jaringan kakao menurut Winarsih et al. (2002) adalah produksi kalus, fenol, dan lendir yang berlebihan dari eksplan jaringan vegetatif sehingga memengaruhi jumlah embrio yang dihasilkan. Penggunaan hormon tumbuh indole butyric acid (IBA) pada berbagai konsentrasi diduga dapat menginisiasi regenerasi dari eksplan embrio zigotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi IBA dan klon yang diuji. Pada media multiplikasi, jumlah embrio paling banyak pada klon Sca 6, ICS 60, dan RCC 72 diperoleh dari perlakuan IBA 4 mg/l, dan pada klon TSH 858 dan DR 2 berturut-turut dari perlakuan IBA 2 dan 1 mg/l.



Tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau benihnya sebaiknya dari kebun induk, yang mempunyai sifat-sifat:
a.       Kondisinya sehat
b.      pertumbuhanya normal dan kokoh
c.       menghasilkan produksi yang tinggi antara 70-90 tongkol per pohon pertahun
d.      berumur antara 12-18 tahun
Kriteria benih kakao yang baik, yaitu benih berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon). Benih yang cukup tua mempunyai tanda-tanda warna kuning, jika buah digoncang-goncang timbul suara dan jika buah diketuk-ketuk dengan tangan suaranya bergema.

Klon
Gaya Berkecambah
Hibrida
88 %
KKM
95%
RCC
97%

Gaya berkecambah(GB) merupakan parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui baik tidaknya kualitas biji yang akan digunakan sebagai benih. Dengan nilai GB yang mendekati 100% berarti mengindikasikan bahwa biji tersebut sangat cocok digunakan sebagai benih karena hampir 100% seluruh biji akan berkecambah sehingga tidak menimbulkan kerugian dalam dunia usaha tani perkebunan kakao.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa klon Hibrida memiliki gaya berkecambah 88% dan Klon KKM 22 memiliki gaya berkecambah 95%, sedangkan klon RCC 71 memiliki nilai gaya berkecambah sebesat 97% atau dengan kata lain tidak semua biji yang dikecambahkan berhasil berkecambah. Hal ini dapat disebabkan Faktor-faktor yang berasal dari dalam biji yaitu keadaan cadangan makanan (endosperm) dan keadaan embrio. Cadangan makanan berupa karbohidrat. Cadangan makanan dalam biji harus cukup selama proses perkecambahan sampai tanaman dapat mencari makan dalam tanah. Embrio harus dalam keadaan sehat karena menentukan proses pertumbuhan dan hasil produksi.

Gambar 1. Grafik indeks vigor pada beberapa klon kakao
Indeks vigor merupakan parameter untuk mengetahui keserampakan perkecambahan pada biji atau benih.Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa antara benih yang satu dengan benih yang lainnya memiliki kualitas yang hampir serupa. Hal ini terlihat dari perkembangan indeks vigor yang relatif sama. Pada hari ke-2 benih klon KKM 22 dan Hibrida sudah sepenuhnya berkecambah. Namun untuk RCC 71 tidak demikian. Hal ini karena ada beberapa benih yang kurang berkembang.Pada klon KKM 22  dan RCC 71 memiliki keserampakan berkecambah  biji yang  baik.Hal tersebut disebabkan karena dua klon tersebut merupakan klon yang unggul.Pada klon hibrida,keserampakan berkecambahnya kurang baik.Hal tersebut disebabkan karena klon tersebut,biji dalam satu buah memiliki variasi yang tidak seragam karena diperoleh dari proses persilangan(F1) di mana pada generasi tersebut sifat biji belum seragam.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA,bobot biji diperoleh bahwa klon KKM 22, RCC 71, dan Hibrida ketiganya berbeda nyata setelah dilakukan uji lanjut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan klon menyebabkan adanya perbedaan bobot biji.Dari ketiga klon tersebut,hanya klon RCC 71 berbeda nyata dengan klon yang lain. Hal tersebut karena klon tersebut merupakan klon yang unggul.Sedangkan pada hasil analisis gaya berkecambah didapatkan hasil tidak berbeda nyata sehingga tidak dilakukan uji lanjut.

Berdasarkan histogram,kakao RCC 71 memiliki gaya kecambah yang paling tinggi.Klon  kakao tersebut merupakan klon kakao yang unggul sehingga memiliki daya kecambah yang baik(Situmorang dan Muhadjir,1981 cit. Sulle,2007).Kakao RCC 71 dan KKM 22 termasuk jenis yang sangat rentan terhadap P.palmivora.Akan tetapi KKM 22 lebih rentan daripada RCC 71(Rubiyo et al.,2010).Kakao hibrida memiliki gaya kecambah paling rendah.Hal tersebut dapat disebabkan karena klon hibrida merupakan hasil dari persilangan di mana sifat hasil dari persilangan atau F1 belum seragam sehingga memiliki gaya kecambah yang rendah.Berdasarkan analisis ANOVA satu arah pada taraf 5 % menunjukkan bahwa tidak terdapat beda yang nyata antar klon kakao dalam hal gaya berkecambah.Hal tersebut dapat disebabkan oleh mutu dari biji masing-masing klon.



V.KESIMPULAN
1.Klon kakao Hibrida,RCC 71,dan KKM 22 memiliki morfologi berbeda dalam hal kenampakan fisik luar buah dan biji.
2.Perbanyakan kakao dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.Perkecambahan kakao dilakukan dengan menyemai biji yang telah diperlakukan dengan fungisida pada toples yang telah dibasahi dan dilakukan perawatan rutin.




















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bahan Tanam Kakao. <http://iccri.net/bahan-tanam-kakao/ >. Diakses 9 Mei 2015.
Anonim. 2011. Budidaya Kakao.<https://lordbroken.wordpress.com/2011/01/29/budidaya-kakao/>. Diakses tanggal 9 Mei 2015.
Balitbiogen. 2004. Katogog Data Paspor Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Balitbiogen, Bogor.
Bewley, J. Derek and Michael Black. 1994. Seed Physicology of Development and Germination. Plenum Press, New York.
Brown, A.D.H., B.S. Weir, S.D. Tanksley, and T.J. Orton. 1980. Measuring Genetic Variability in Plant Population. Part A.Elsevier, Amsterdam
Heydecker, W. 1972. In Viability of Seeds. E. H. Roberts ed.Syracuse University Press, USA.
Hosnan, A. 2012. Klon Koko. <http://animhosnan.blogspot.com/2012/02/klon-koko.html>. Diakses tangga 22 Maret 2015.
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2008. Indonesia berhasil menerapkan teknik embriogenesis somatik pada kakao skala komersial. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30 : 18−19.
Limbongan,Jermia.2010.Kesiapan penerapan teknologi sambung samping untuk mendukung program rehabilitasi tanaman kakao.Jurnal Litbang Pertanian 30: 156-163.
Limbongan,Jermia.2011.Karakteristik morfologis dan anatomis klon harapan tahan penggerek buah kakao sebagai sumber bahan tanam.Jurnal Litbang Pertanian 31: 14-20.
Limbongan, J., K. Syafruddin, A. Dharmawida, N. Basir, dan P. Sanggola. 2010. Pengkajian penggunaan bahan tanaman unggul menunjang program rehabilitasi tanaman kakao di Sulawesi Selatan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Rubiyo. 2001. Peranan bahan tanam unggul untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kakao lindak di Provinsi Bali. hlm. 254− 259. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah, Denpasar, 5 September 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Silaen,O.S.,Ferry E.S.,dan Balonggu Siagian.2013.Respon pertumbuhan bibit kakao terhadap vermikompos dan pupuk p.Jurnal Online Agroteknologi 1: 1255-1264.
Sulle,Ahmad.2007. Pengelolaan plasma nutfah jambu mete dan kakao di Sulawesi Tenggara. Buletin Plasma Nutfah  13: 19-26.
Wahyudi,T.,T.R.Panggabean,dan Pujiyanto.2008.Panduan Lengkap Kakao.Penebar Swadaya,Depok.
Winarsih, S., D. Santoso, dan T. Wardiyati. 2002. Embriogenesis somatik dan regenerasi dari eksplan embrio zigotik kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan 18 : 99−108.




















LAMPIRAN
Analisis ANOVA
1.Gaya Berkecambah
SK
DB
JK
KT
F hitung
F tabel 5 %
Perlakuan
2
261.3333
130.6667
1.464143
3.6823203
Galat
15
1338.667
89.24444


Total
17
1600




Kesimpulan:Pada taraf 5 % tidak terdapat beda nyata gaya berkecambah antar klon kakao.
2.Bobot Per Biji
SK
db
JK
KT
F hitung
F tabel 5%
Perlakuan
2
0.661433
0.330717
9.788056
3.6823203
Galat
15
0.506817
0.033788


Total
17
1.16825




Kesimpulan:Pada taraf 5 % terdapat beda nyata bobot per biji antar varietas klon kakao
Uji Lanjut DMRT 5 %
P
2
3
Nilai Jarak
3.014
3.16
DMRT 5%
0.226176
0.237133

Varietas
Hibrida
KKM 22
RCC 71
Rerata
1.233333
1.421667
1.7
Rerata + DMRT 5 %
1.45951
1.658799


Varietas
Hibrida
KKM 22
RCC 71
Simbol Beda nyata
a
a
b
      Kesimpulan:Berdasarkan uji DMRT 5 %,tidak terdapat beda nyata antara kakao varietas Hibrida dan KKM 22.Kakao varietas RCC 71 memiliki bobot per biji yang berbeda nyata dengan varietas Hibrida dan KKM 22.
Data Jumlah Biji Yang Berkecambah
Klon
Kel.
Jumlah biji berkecambah hari ke-
Total
1
2
3
4
5
6
7
Hibrida
1
0
5
5
6
2
5
0
23
2
1
1
0
2
16
2
2
24
3
0
0
1
3
0
11
2
17
4
0
6
0
2
2
5
5
20
5
0
0
18
5
0
0
0
23
6
4
16
3
2
0
0
0
25
KKM 22
1
0
6
12
7
0
0
0
25
2
0
21
0
3
0
1
0
25
3
0
0
22
0
0
0
2
24
4
1
3
1
3
7
5
0
20
5
0
0
14
9
1
0
0
24
6
0
20
3
1
1
0
0
25
RCC 71
1
0
6
12
7
0
0
0
25
2
0
0
1
0
13
4
2
20
3
0
0
9
12
2
0
2
25
4
1
12
4
1
7
0
0
25
5
0
0
23
2
0
0
0
25
6
1
18
4
2
0
0
0
25












Data Indeks Vigor dan Gaya Berkecambah

Indeks Vigor
GB (%)
1
2
3
4
5
6
7
0
2.5
1.67
1.5
0.4
0.83
0
92%
1
0.5
0
0.5
3.2
0.333333
0.285714
96%
0
0
0.33
0.75
0
1.83
0.29
68%
0
3
0
0.5
0.4
0.83
0.71
80%
0
0
6
1.25
0
0
0
92%
4
8
1
0.5
0
0
0
100%
0
3
4
1.75
0
0
0
100%
0
10.5
0
0.75
0
0.166667
0
100%
0
0
7.33
0
0
0
0.29
96%
1
1.5
0.33
0.75
1.4
0.83
0
80%
0
0
4.67
2.25
0.2
0
0
96%
0
10
1
0.25
0.2
0
0
100%
0
3
4
1.75
0
0
0
100%
0
0
0.333333
0
2.6
0.666667
0.285714
80%
0
0
3
3
0.4
0
0.29
100%
1
6
1.33
0.25
1.4
0
0
100%
0
0
7.67
0.50
0
0
0
100%
1
9
1.333333
0.5
0
0
0
100%











Bobot Biji Kakao
Klon
Ulangan
Bobot(gr)
Hibrida
1
1.31

2
1.26

3
1.42

4
1.13

5
1.18

6
1.1
KKM 22
1
1.63

2
1.37

3
0.89

4
1.35

5
1.63

6
1.66
RCC 71
1
1.7

2
1.7

3
1.7

4
1.7

5
1.7

6
1.7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar