Minggu, 24 Mei 2015

pematangan buah


LAPORAN PRAKTIKUM
PASCA PANEN HORTIKULTURA
ACARA VI
PEMATANGAN BUAH


      



LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015





I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

     Pisang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang disukai oleh penduduk Indonesia, hampir disemua daerah memiliki tanaman pisang dengan spesifikasi tersendiri. Produksi pisang di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun 1995-2010, dimana mencapai puncak pada tahun 2009 sebanyak 6,3 juta ton/tahun (BPS, 2010 cit. Murtadha et al.,2012) dan volume ekspor pisang dari tahun 1996-2003 terus berkurang dikarenakan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat.

    Pisang biasanya dipanen sebelum matang dengan tingkat kematangan tertentu dan berbagai pertimbangan pemasaran. Pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak jauh umumnya pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut -sudut pada pisang masih tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan tingkat kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun sudut buah masih tampak nyata (Pantastico, 1993). Buah pisang yang dipanen pada tingkat kematangan 75-90% biasanya diberikan  bahan pemacu pematangan agar buah pisang dapat dipasarkan dengan tingkat kematangan penuh sehingga harga jual pisang menjadi tinggi.

B.Tujuan
1.Mempelajari cara menginduksi pematangan pada buah
II.TINJAUAN PUSTAKA
    Pematangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada buah meliputi perubahan rasa,kualitas,warna,dan tekstur.Pematangan berhubungan dengan perubahan pati menjadi gula.Sifat pematangan buah ditentukan dengan melihat pola respirasi pada buah tersebut.Hal tersebut dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik.Buah klimakterik merupakan buah yang apabila seudah dipanen akan memasuki fase klimakterik yaitu peningkatan dan penurunan laju respirasi secara tiba-tiba.Selama pematangan memancarkan etilen untuk meningkatkan laju respirasi.Buah non klimakterik merupakan buah yang menjelang kematangan laju respirasi menurun lalu tidak menunjukkan adanya fase klimakterik.Buah tersebut tidak menunjukkan respon apabila diberi perlakuan etilen.Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang sedikit.Buah non klimakterik,yaitu jeruk,anggur, strawberry, dan blackberry.Buah klimakterik, yaitu mangga, pisang, papaya, pir,dan apel.Buah pisang akan cepat matang apabila diberi perlakuan etilen karena buah pisang juga memiliki kandungan etilen alami sehingga proses pematangan terjadi lebih cepat.Etilen yang banyak akan merangsang pematangan pada buah(Synge,2013).
   



     Proses pematangan pada buah sangat berhubungan dengan perubahan warna,permeabilitas membrane,kandungan hormon,produksi uap,respirasi,dan pelembutan dinding sel.Etilen merupakan hormon yang berperan sangat penting dalam pematangan buah.Auksin dapat menginduksi produksi etilen(Peter,2008).

    Agen pematangan yang paling efektif adalah dengan penggunaan etilen.Agen tersebut dapat mematangkan pisang dalam waktu yang singkat. Zat etilen  tersedia secara komersial dalam bentuk gas atau cair.Alternatif lain yang digunakan untuk mempercepat kematangan buah adalah penggunaan bioetilena atau etilena dari sumber alami. Penggunaan daun segar kakawate,daun saman,dan buah belimbing dapat digunakan sebagai agen untuk pematangan buah.Bio etilen  juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran yang kulit mengeluarkan jumlah yang relatif tinggi etilena(Masilungan and Absulio,2012).

      Berdasarkan penelitian,pematangan buah pisang dengan menggunakan kalsium karbida sebanyak 1 gram hanya menempuh waktu lima hari untuk matang.Penggunaan dengan dosis 2 gram dapat mematangkan pisang selama 4 hari.Penggunaan satu buah apel utuh dapat mematangkan pisang selama tiga hari.Pisang tanpa agen pematangan buah dapat matang selama 10 hari (Singal et al.,2012). Proses pematangan pada pisang juga dapat menggunakan daun Gliricidia sp. sebanyak 5 % berat buah untuk meningkatkan kecepatan pematangan pada buah pisang(Acedo and Bautista,1993 cit. Thompson).

     Ethrel merupakan etilen murni.Penyemprotan ethrel pada buah dapat mempercepat proses pematangan karena zat tersebut dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme karbohidrat. Pemberian ethrel berpengaruh signifikan terhadap pematangan buah pisang.Perendaman buah pisang pada ethrel 1000 ppm selama 2 menit dapat membuat pisang menjadi matang lebih awal dan membantu pemasaran.Perlakuan tersebut dapat membuat sebanyak 73,61 % buah pisang dapat dipasarkan.Tanpa perlakuan ethrel,pematangan buah dapat tertunda.Selain itu,perlakuan tersebut dapat membuat sebanyak 29,87 % buah tidak layak untuk dipasarkan.Perlakuan ethrel 1000 ppm dapat mematangkan buah pisang selama 8 hari penyimpanan(Pendharkar et al.,2011).Pemberian ethrel pada penanganan pasca panen baik jika dosis yang diberikan sebanyak 500 ppm.Perlakuan tersebut dapat mempercepat mempercepat pematangan pada buah pisang.Buah pisang akan matang selama 2-3 hari setelah perlakuan(Abdullah and Pantastico,1990 cit. Dris and Jain,2004).Ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain and Sharma,2004).







III.METODE PELAKSANAAN
      Praktikum Pematangan Buah dilaksanakan pada tanggal 21 April 2015 pada pukul 13.30 di Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.Bahan yang digunakan meliputi pisang masak hijau, ethrel, aquades,NaOH 0,1 N;phenolphthalein,kertas koran,karbit,apel,daun  Glyricideae,daun pisang.Alat yang digunakan,yaitu pisau, timbangan, jarum, mortar dan penumbuk, refraktometer,pipet,gelas piala 100 ml,labu takar 250 ml,kain blacu,erlenmeyer,dan buret.

      Cara kerja yaitu terdapat 10 perlakuan,yaitu ethrel 0,05%,ethrel 0,1 %,apel utuh,apel  ½ buah,daun Glyricideae 5 % berat buah,daun Glyricideae 10 % berat buah,karbit 2 gr,karbit 4 gr,daun pisang,dan kontrol.Pisang yang digunakan sebanyak 6 buah tiap perlakuan.Sebelum diberi perlakuan,dua buah korban awal diamati tingkat kekerasan,indeks warna,PTT,dan TAT.Pemberian perlakuan ethrel adalah dibuat larutan sesuai dosis perlakuan dan buah pisang dicelupkan selama 5 menit lalu dibungkus.Pada perlakuan karbit,karbit dibungkus dengan kertas dan kertas diberi lubang.Empat buah pisang diberi perlakuan dengan dibungkus bersama dengan bahan perlakuan di dalam kertas koran.Dua korban tengahan adalah korban yang disimpan(diberi perlakuan).Setelah dua hari korban tersebut diamati tingkat kekerasan,indeks warna,PTT,dan TAT.Dua korban akhir adalah korban yang disimpan dan diamati setelah buah indeks warnanya tertinggi. Parameter TSS dan TAT diamatipada awal(sebelum perlakuan),setelah pemeraman,dan pada hari terakhir.

     Pada pengukuran padatan terlarut total,potongan buah diperas hingga keluar sarinya.Sari buah diteteskan pada prisma refraktometer,Lensa pada alat tersebut(refraktometer) dilihat pada cahaya dan skala ° Brix dibaca.Pada pengukuran total asam tertitrasi,10 gr potongan buah(dari semua bagian) ditambah sedikit aquades dan ditumbuh hingga halus dan ditambah aquades hingga 200 ml.Filtrat dipipet sebanyak 3 kali masing-masing 20 ml.Masing-masing filtrat ditambah phenolptalin 2-3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda.Volume NaOH untuk titrasi dicatat.TAT diukur dengan rumus

TAT(%)= ml NaOH x N NaOH x total volume bahan x bobot equivalen asam x 100
                            Volume bahan yang dititrasi x berat bahan awal x 1000

Nilai Warna Buah Pisang
Nilai Warna
Keterangan

1
Hijau Penuh
2
Hijau dengan warna kuning 10 %
3
Warna hijau lebih banyak dari warna kuning
4
Warna hijau dan kuning sebanding
5
Warna kuning lebih banyak daripada warna hijau
6
Kuning penuh
7
Kuning dengan sedikit bercak coklat atau hitam
8
Kuning,daerah bercak makin meluas

Nilai Kekerasan

Nilai
Keterangan
1
Sangat Keras
2
Keras
3
Agak lunak
4
lunak
5
Sangat lunak

IV.HASIL
A.Indeks Warna Pisang





Pengamatan Ke-


No.
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
1
Ethrel 0,1 %
1
3.5
5
5.75
6.4
7.35
-
2
Ethrel 0,05 %
1
5
5
5
6
7
8
3
½ Apel
1
2.5
3
3.95
4.5
4.8
5.5
4
Apel Utuh
1
1.5
1.5
2
2.8
3.15
3.5
5
5 % Gly
2
2
2.5
3
3.5
4.5
5
6
10 % Gly
1
2
2.5
5
5
8
8
7
4 g Karbit
1
3
4.25
5.25
6.15
7
8
8
2 g Karbit
1
2
2.5
3.25
4
4.65
5.05
9
Daun Pisang
1
2
2
3
3.5
3.5
3.95
10
Kontrol
1
1.5
1.5
2
2.5
2.75
3
B.Nilai Kekerasan Pisang





Pengamatan Ke


No.
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
1
Ethrel 0,1 %
1
2
3.95
4.5
4.9
5
-
2
Ethrel 0,05 %
1
2
3
3
4
4
5
3
½ Apel
1
1.5
2
2.15
2.5
3.5
4.3
4
Apel Utuh
1
1
1.5
2
2.15
2.8
3.15
5
5 % Gly
2
2
2
3.5
3.5
4
5
6
10 % Gly
1
2.5
3
4
5
5
5
7
4 g Karbit
1
2
3.25
3.9
4.2
4.65
5
8
2 g Karbit
1
1.5
2
2.75
3.25
3.9
4.3
9
Daun Pisang
1
2
2.5
2.5
3.5
3.75
4.15
10
Kontrol
1
1.5
2
2
3
3
3

C.Padatan Terlarut Total(°Brix)





Pengamatan Ke-


No.
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
1
Ethrel 0,1 %
3.25
20.5



22
-
2
Ethrel 0,05 %
5.75
17.5




22
3
½ Apel
9.5
12




18.5
4
Apel Utuh
9.5
10.5




16.5
5
5 % Gly
9.2
14




18.5
6
10 % Gly
6.5
19




29.5
7
4 g Karbit
10
22.5




28.5
8
2 g Karbit
6.5
12.5




21.5
9
Daun Pisang
3
9.5




16.5
10
Kontrol
9
10.5




14

D.Total Asam Tertitrasi(%)





Pengamatan Ke-


No.
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
1
Ethrel 0,1 %
0.117
0.094



0.044
-
2
Ethrel 0,05 %
0.0685
0.0635




0.0505
3
½ Apel
0.025
0.0735




0.0505
4
Apel Utuh
0.0505
0.079




0.0635
5
5 % Gly
0.167
0.0905




0.094
6
10 % Gly
0.1565
0.0735




0.0805
7
4 g Karbit
0.1005
0.097




0.067
8
2 g Karbit
0.1005
0.0835




0.0775
9
Daun Pisang
0.05
0.0805




0.074
10
Kontrol
0.0095
0.087




0.0755

Keterangan
-          Tidak Layak





V.PEMBAHASAN
A.Proses Pematangan Buah Pisang
      Selama pematangan buah mengalami beberapa perubahan nyata terhadap warna kulit, tekstur, dan bau yang menunjukkan terjadi perubahan dalam susunannya.Palmer ( 1971 ) berpendapat bahwa indikator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah mengalami perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohidrat, pektin, protopektin,dan tanin.
1.Menjadi Lunaknya Kulit Buah Dan Daging Buah
     Proses pematangan pada buah pisang ditanda dengan lunaknya daging buah. Hal ini disebabkan oleh perombakan protopektin yang tak larut menjadi praktin yang larut.Zat – zat itu merupakan derivat dari asam poligalakturonat dan terdapt dalam bentuk protopektin, pektin, asam – asam pektinat dan asam – asam pektat ( Kerteaz, 1951 ). Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun. Kecenderungan ini terdapat juga dalam buah pisang ( Von Loeseoke, 1950 ). Dalam perubahan pektin tersebut ketegaran buah tersebut berkurang, sehingga buah menjadi lunak.
2.Hidrolisan Amilum
     Hidrolisa Amilum sempurna oleh asam atau enzim spesifik terhadap polisakarida menghasilkan monosakarida atau senyawa turunannya.Mukerjee dan Frased ( 1972 ) melaporkan adanya kenaikan sukrosa, glukosa dan fruktosa sedikit selama berlangsungnya pematangan.
Perubahan kimiawi dalam daging buah pisang ambon telah dilaporkan oleh








Nursamsi dkk. ( 1980 ) sebagi berikut :
Tingkat Masak Buah
Kadar Gula (%)
Kadar Tepung (%)
-       Masih hijau, tua
-       Nampak kuning sedikit
-       Kuning melebar
-       Kuning lebih luas dari hijaunya
-       Hanya pucuk yang hijau
-       Seluruh buah kuning
-       Nampak bercorak sawo matang
-       Bercak sawo matang melebar
0,1 - 2
2 - 5
3,5 - 7
6  - 2
10 - 18
16,5 - 19,5
17,5 - 18,0
18,5 - 19,0
0,1 -  2
2 - 5
3,5 - 7
6 - 2
10 - 18
16,5 - 19,5
17,5 - 18,0
18,5 - 19,0
(Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang, Ir. Nursamsi MS da Bambang Pramudianto 1980 / 1981 )
            Dari data tersebut ternyata selama proses pematangan buah pisang, terjadi kenaikan kadar gula dan penurunan kadar tepung. Keadaan ini berlangsung pada buah umumnya.
3.Perubahan Warna Kulit Buah
      Warna kematangan buah yang pertama adalah hilangnya warna hijau. Menguningnya buah pisang terjadi karena hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan zat karotenoid secara murni.Beberapa penulis melaporkan bahwa enzim klorofilase yang bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.Kegiatan hidrolitik klorofilase yang memcah klorofil menjadi bagian fitol dan inti porfirin. Klorofil, terutama dalam suasana asam dapat pula keheningan ion Mg++ yang ada pada pusat gugus porfirinnya dan berubah menjadi feofitin, barulah terjadi perubahan warna. Tetapi bukan hilangnya warna tersebut.
4.Perubahan Aroma
     Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang member rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan asam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang member flavor yang khas pada.Perubahan asam-asam lemak selama pematangan buah pisang telah diteliti oleh Ueda dkk pada tahun 1970. Hasilnya menunjukkan bahwa buah itu mengandung asam-asam asetat, propionate, isobutirat, dan isivalerat baik dalam bentuk yang bebas maupun terikat. Kandungan asam – asam isobutirat, butirat dan isovalerat yang bebas meningkat dengan cepat dan waktu penongkatan itu bersamaan dengan timbulnya aroma buah.

B.Fungsi Bahan Pemacu Pematangan
      Etilen merupakan zat yang tidak berwarna,agak berbau,dan mudah terdeteksi pada konsentrasi rendah,dan tidak beracun selama memiliki kepekatan 0,1 %.Ethrel merupakan suatu zat yang mengandung bahan aktif 2 chloro ethyl phosphonic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman.Etilen yang timbul dapat mempercepat kematangan buah(Park et al.,2006 cit.Diyono et al.,2014).
     Pada umumnya masyarakat menggunakan cara pemeraman dengan menggunakan karbit. Karbit atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus kimia CaC2 bila diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2(gas asetilen) dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang mempunyai peranan dalam pemeraman buah.Cara atau  teknik pemeraman yang tidak tepat dapat  menurunkan mutu buah pisang.Sebaliknya, jika proses pemeraman berjalan baik maka akan  menghasilkan buah yang seragam kematangannya, dengan rasa yang manis dan mengeluarkan aroma yang harum.
      Buah apel merupakan buah klimakterik.Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang tinggi karena memiliki tipe respirasi klimakterik.Etilen yang dihasilkan dari apel dapat mempercepat kematangan buah pisang karena memproduksi banyak etilen.Apel yang utuh mempunyai etilen yang lebih sedikit daripada apel setengah buah yang telah dibelah.Hal tersebut disebabkan buah mengalami stress sehingga produksi etilen menjadi lebih banyak.Daun pisang dan daun Glyricideae juga merupakan agen pematangan buah pada pisang karena daun tersebut memproduksi etilen alami yang dapat membantu proses pematangan buah pada pisang.
C.Hasil
1.Indeks warna
     Berdasarkan hasil pengamatan,perlakuan ethrel 0.01 % mengalami perubahan warna yang cepat setiap harinya.Perlakuan tersebut juga menyebabkan pisang mengalami pematangan lebih cepat sehari daripada semua perlakuan yang lain.Hal yang hampir sama juga terdapat pada efek dari perlakuan ethrel 0.05 %.Perlakuan apel utuh lebih lambat mengalami perubahan warna daripada perlakuan setengah buah apel.Hal tersebut terjadi karena perlakuan tersebut memicu proses pematangan buah yang cepat karena buah apel telah terbelah sehingga proses pembentukan etilen menjadi lebih cepat.Pada perlakuan pemberian daun Glyricideae 10 % juga mengalami pematangan lebih cepat daripada yang perlakuan 5 %. Hal tersebut disebabkan karena memiliki tingkat pematangan yang berbeda.Semakin besar dosis karbit yang digunakan proses perubahan warna juga semakin cepat.Daun pisang cenderung lambat dalam mematangkan buah.Perlakuan tanpa agen pematangan memiliki perubahan warna yang lambat setiap harinya.


2.Nilai Kekerasan
     Berdasarkan hasil pengamatan,penggunaan ethrel 0,1 % dapat mempercepat proses pelunakan buah.Perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang paling cepat.Perlakuan yang dapat mempercepat proses pematangan dengan melunakkan buah adalah perlakuan ethrel 0.05 %,karbit 4 gr,dan daun Glyricideae.Buah apel dapat mempercepat pelunakkan dengan tingkat yang sedang.Hal yang sama juga terdapat pada perlakuan  2 gr karbit dan daun pisang.
3.Padatan Terlarut Total
Perlakuan daun Glyricideae memiliki kecepatan kematangan yang baik.Hal tersebut disebabkan karena perlakuan tersebut dapat memberikan etilen.Etilen yang terkandung pada daun tersebut rendah dan stabil sehingga dapat dimungkinkan bahwa kematangan buah cepat terjadi karena hal tersebut.Perlakuan tersebut cepat dalam memberikan efek pembentukan gula terlarut. Perlakuan ethrel lebih cepat mengalami pematangan karena dengan perlakuan ethrel 0,1 % lebih cepat matang sehari daripada semua perlakuan yang lain. Perlakuan ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain dan Sharma,2004). Hal tersebut disebabkan dengan penggunaan ethrel pada konsentrasi 0,1 % dapat menyebabkan buah pisang lebih cepat matang. Ethrel merupakan etilen murni sehingga proses pematangan akan cepat terjadi.Perlakuan setengah apel lebih cepat dari perlakuan apel utuh serta memiliki kecepatan pematangan yang sedang dan lebih cepat daripada perlakuan kontrol.Perlakuan setengah apel dapat memproduksi etilen yang sangat tinggi karena buah sudah dibelah. Perlakuan daun pisang memberikan efek yang sedikit lebih baik daripada kontrol. Penggunaan karbit dengan dosis 4 gr lebih cepat mematangkan buah daripada perlakuan 2 gr.

4.Total Asam Tertitrasi
     Pada hari pertama pengujian TAT,semua perlakuan memiliki perbedaan kandungan TAT. Perlakuan daun Glyricideae 5 % dan 10 %  memiliki efek yang sangat cepat dalam hal mempercepat pematangan buah.Perlakuan tersebut mempercepat penurunan jumlah asam tertitrasi. Perlakuan kontrol dan setengah apel mengalami peningkatan TAT. Hal tersebut disebabkan karena buah pisang merupakan buah klimakterik sehingga sebelum matang terjadi peningkatan laju respirasi. Berdasarkan grafik, kecepatan pematangan buah pisang sangat dipengaruhi agen pematangan dan tingkat atau jumlah asam titrasi pada awal sebelum diberi perlakuan.





D.Grafik
      Berdasarkan grafik,perlakuan daun Gliricideae 10 % mengalami perubahan warna yang cepat.Hal tersebut disebabkan karena perlakuan tersebut merupakan agen pematangan buah alami.Daun Glyricideae merupakan penghasil etilen yang rendah dan stabil sehingga hal tersebut dapat memtangkan buah secara cepat. Proses pematangan pada pisang juga dapat menggunakan daun Gliricidia sp. sebanyak 5 % berat buah untuk meningkatkan kecepatan pematangan pada buah pisang(Acedo dan Bautista,1993 cit. Thompson).Hal tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak daun maka proses pematangan buah akan semakin cepat. Perlakuan ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain dan Sharma,2004).Berdasarkan grafik penggunaan ethrel sebanyak 0,1 % memiliki kecepatan pematangan dengan ditandai dengan perubahan warna paling cepat.Ethrel merupakan etilenl murni sehingga perlakuan tersebut dapat mematangkan buah pisang dengan cepat.Perlakuan karbit 2 gr dan 4 gr menyebabkan buah pisang matang dengan cepat.Akan tetapi,hal tersebut hanya berdampak kecil pada hasil.Penggunaan apel 0.5 utuh dapat mematangkan buah lebih cepat daripada perlakuan apel utuh hal tersebut disebabkan karena apel yang sudah terbelah kandungan etilennya sangat tinggi dan cepat mengalami pematangan lalu pembusukan.Daun pisang merupakan agen pematang buah yang alami akan tetapi perlakuan tersebut hanya berefek rendah pada buah pisang.


       Berdasarkan grafik,perlakuan daun Gliricideae 10 % mengalami perubahan nilai kekerasan yang cepat sehingga buah pisang cepat mengalami pelunakan karena proses pematangan.Hal tersebut disebabkan karena perlakuan tersebut merupakan agen pematangan buah alami.Akan tetapi perlakuan tersebut masih kalah cepat dengan penggunaan ethrel.Daun Glyricideae merupakan penghasil etilen yang rendah dan stabil sehingga hal tersebut dapat mematangkan buah secara cepat. Proses pematangan pada pisang juga dapat menggunakan daun Gliricidia sp. sebanyak 5 % berat buah untuk meningkatkan kecepatan pematangan pada buah pisang(Acedo dan Bautista,1993 cit. Thompson).Hal tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak daun maka proses pematangan buah akan semakin cepat. Perlakuan ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain dan Sharma,2004).Berdasarkan grafik penggunaan ethrel sebanyak 0,1 % memiliki kecepatan pematangan dengan ditandai dengan peningkatan nilai kekerasan yang cepat.Ethrel merupakan etilen murni sehingga perlakuan tersebut dapat mematangkan buah pisang dengan cepat.Perlakuan karbit 2 gr dan 4 gr menyebabkan buah pisang matang dengan cepat.Akan tetapi,perlakuan tersebut hanya berdampak sedang pada hasil. Penggunaan apel 0.5 utuh dapat mematangkan buah lebih cepat daripada perlakuan apel utuh hal tersebut disebabkan karena apel yang sudah terbelah kandungan etilennya sangat tinggi dan cepat mengalami pematangan lalu pembusukan.Perlakuan daun pisang memberikan efek stimulasi pada buah pisang yang cukup baik.

      Berdasarkan grafik,perlakuan daun Glyricideae memiliki kecepatan kematangan yang baik.Hal tersebut disebabkan karena perlakuan tersebut dapat memberikan etilen.Etilen yang terkandung pada daun tersebut rendah dan stabil sehingga dapat dimungkinkan bahwa kematangan buah cepat terjadi karena hal tersebut.Perlakuan tersebut cepat dalam memberikan efek pembentukan gula terlarut. Perlakuan ethrel lebih cepat mengalami pematangan karena dengan perlakuan ethrel 0,1 % lebih cepat matang sehari daripada semua perlakuan yang lain. Perlakuan ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain and Sharma,2004). Hal tersebut disebabkan dengan penggunaan ethrel pada konsentrasi 0,1 % dapat menyebabkan buah pisang lebih cepat matang. Ethrel merupakan etilen murni sehingga proses pematangan akan cepat terjadi.Perlakuan setengah apel lebih cepat dari perlakuan apel utuh serta memiliki kecepatan pematangan yang sedang dan lebih cepat daripada perlakuan kontrol.Perlakuan setengah apel dapat memproduksi etilen yang sangat tinggi karena buah sudah dibelah. Perlakuan daun pisang memberikan efek yang sedikit lebih baik daripada kontrol. Penggunaan karbit dengan dosis 4 gr lebih cepat mematangkan buah daripada perlakuan 2 gr.Hal tersebut dapat diwujudkan bahwa perubahan gula terlarut lebih cepat terjadi pada perlakuan tersebut. Hal tersebut juga diperkuat dari penelitian Singal et al.(2012) yang menyatakan bahwa penggunakan kalsium karbida sebanyak 1 gram hanya menempuh waktu lima hari untuk matang.Penggunaan dengan dosis 2 gram dapat mematangkan pisang selama 4 hari. Penggunaan satu buah apel utuh dapat mematangkan pisang selama tiga hari.

     Berdasarkan grafik,pada hari pertama pengujian TAT,semua perlakuan memiliki perbedaan kandungan TAT. Perlakuan daun Glyricideae 5 % dan 10 %  memiliki efek yang sangat cepat dalam hal mempercepat pematangan buah.Perlakuan tersebut mempercepat penurunan jumlah asam tertitrasi. Perlakuan kontrol dan setengah apel mengalami peningkatan TAT. Hal tersebut disebabkan karena buah pisang merupakan buah klimakterik sehingga sebelum matang terjadi peningkatan laju respirasi. Berdasarkan grafik, kecepatan pematangan buah pisang sangat dipengaruhi agen pematangan dan tingkat atau jumlah asam titrasi pada awal sebelum diberi perlakuan.

VI.KESIMPULAN
1.Cara menginduksi kematangan buah dapat menggunakan bahan alami seperti daun Glyricideae,daun pisang,buah apel. Bahan sintetik yang dapat digunakan sebagai pemacu pematangan meliputi karbit dan ethrel. Bahan tersebut  disertakan dalam proses penyimpanan buah. Proses perlakuan diterapkan berdasarkan sifat dari bahan dan cara perlakuan terhadap komoditas.





DAFTAR PUSTAKA
Diyono,W.,Abdullah B.A.,Enrico S.,Suyanti,dan Setyadjit.2014.Optimalisasi cara pemeraman buah cempedak(Artocarpus champeden).Informatika Pertanian 23: 35-46.
Dris,Ramdane and S.Mohan Jain.2004.Quality Handling and Evaluation.Kluwer Academic Publisher,Dordrecht.
Jain,V.K.and J.P.Sharma.2004.Comprehensive Objective Biology.Golden Bells,New Delhi.
Masilungan,G.D.and Wella L. Absulio.2012.Fruits of Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) as a New Natural Source of Ethylene for Ripening of ‘Saba’ Banana (Musa balbisiana BBB).Phillipp Agriculture Scientist 95: 406-410.
Murtadha,A., Elisa Julianti,Ismed Suhaidi.2012.Pengaruh jenis pematangan terhadap mutu buah pisang barangan(Musa paradisiaca L.).J.Rekayasa Pangan dan Pert. 1: 41-56.
Pantastico, Er. B., 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah : Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta.
Pendharkar,P.Y.,S.S. Hiwale,dan A.B.Patil.2012.Studies on effect on ethrel on ripening of banana fruits cv. Grand Naine.The Asian Journal of Horticulture 6: 309-312.
Peter,K.V.2008.Basics of Horticulture.New India Publishing Agency,New Delhi.
Singal,S.,Madan Kumud,and Seema Thakral.2012. Application of apple as ripening agents for banana.Indian Journal of Natural Products and Resources 3: 61-64.
Thompson,A.K.2015.Fruit and Vegetables:Harvesting,Handling and Storage.John Wiley & Sons,Ltd,West Sussex.


2 komentar:

  1. Hi, I like your post really I have read first-time Thanks for sharing keep up the good work.


    Meaning of “Horticulture”

    BalasHapus