PASCA
PANEN HORTIKULTURA
ACARA
IX
RANTAI
PEMASARAN,PENANGANAN DAN KERUSAKAN PASCA PANEN
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemasaran merupakan salah satu
subsistem penting dari sistem agribisnis komoditas pertanian. Kegiatan
pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses
mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra komsumsi guna
memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi
produsen. Oleh karena itu,peranan pemasaran sangat penting dalam rangka
meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat dan nilai
guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas
pertanian (Limbong dan Sitorus, 1995)
Seperti halnya komoditas hortikultura
pada umumnya, peranan pemasaran pada komoditas sawo memberikan kontribusi
penting mengingat sifat khusus dari hortikultura pada umunya seperti mudah
busuk, mudah rusak, volumenious, produksinya bersifat musiman sementara
konsumsinya sepanjang tahun.Sifat-sifat khusus tersebut menuntut adanya suatu
perlakuan khusus berupa pengangkutan yang hati-hati, pengepakan yang baku dan
baik, penyimpanan dengan suhu tertentu, dan berbagai cara pengawetan lain
sehingga sawo dapat bertahan dalam waktu yang lama. Sementara itu konsumen
menghendaki komoditas tersedia dekat dengan tempat mereka serta komoditas sawo
dapat diperoleh sepanjang waktu dan dapat dikonsumsi dalam bentuk segar.
Masing-masing keinginan produsen dan konsumen tersebut dapat dipenuhi dengan
adanya suatu sistem pemasaran yang baik.Rantai pemasaran,penanganan pasca
panen,kehilangan pasca panen komoditas hortikultura merupakan komponen penting
yang harus diperhatikan dan dimanajemen karena hal tersebut sangat berpengaruh
pada harga,kualitas,dan kuantitas komoditas hortikultura pada tingkat produsen
sampai tingkat konsumen.
B.Tujuan
1.Mengenal rantai
perdagangan,penanganan pasca panen,dan kehilangan hasil komoditas sawo yang
dialami selama proses pengangkutan hingga ke tangan konsumen.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Pemasaran
merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang digunakan individu,rumah
tangga,atau organisasi untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan
cara menciptakan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain.Tujuan dari
pemasaran adalah memenuhi kebutuhan individu maupun organisasi.Pemasaran
memiliki langkah yang sistematis.Dalam melakukan pemasaran,hal yang harus diperhatikan
ialah produk, harga, tempat,dan cara promosi(Simamora,2001).Pemasaran komoditas
hortikultura merupakan proses penting yang dapat menentukan kuantitas dan
kualitas produk hortikultura sampai pada
konsumen.
Usaha
komoditas hortikultura dapat dijadikan sumber akselerasi pertumbuhan sektor
pertanian.Dari sisi permintaan,kenaikan jumlah penduduk,pendapatan,dan
liberalisasi perdagangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
permintaan.Kebutuhan masyarakat terhadap sayur-sayuran juga meningkat seiring kesadaran
masyarakat akan hidup sehat dan makanan alami.Selain perusahaan
agribisnis,sifat khas produk hortikultura,yaitu mudah rusak,voluminous,dan
harga yang fluktuatif.Pengusaha hortikultura juga mengalami masalah beragamnya
tingkat permintaan produk dari yang tinggi hingga ke rendah(Kusumawaty dan
Rasyid,2009).
Kehilangan
pasca panen memiliki banyak pengertian.Pengertian tersebut meliputi kehilangan
ekonomi,yaitu penurunan nilai jual karena perubahan bentuk fisik pada
komoditas.Kehilangan secara kuantitatif yaitu kehilangan yang disebabkan
penurunan berat karena berkurangnya
kadar air dan bahan kering karena respirasi.Kehilangan nutrisi seperti
berkurangnya kandungan vitamin mineral dan gula. Penanganan pasca panen yang baik dan benar dapat menekan kehilangan
pasca panen dan menjaga kualitas nutrisi komoditas hortikultura(Sudheer dan
Indira,2007).
Komoditas hortikultura yang
diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang
pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang
pengembangan teknologi.Salah satu komoditas yang bernilai ekonomi tinggi adalah
sawo.Adapun upaya yang dilaksanakan untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi
penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura
yang sudah ada (Soleh, 1999 cit.
Nopiana dan Balkis,2011).
Buah sawo merupakan buah yang
memiliki persentase bagian buah sebesar 84 %.Buah tersebut bergizi tinggi.Salah
satu kelemahan buah sawo adalah buah tersebut memiliki umur simpan yang cukup
pendek.Selain itu,jumlah buah sawo yang diverifikasi oleh pengolah buah sangat
sedikit.Hal tersebut disebabkan karena penanganan pasca panen yang kurang tepat
sehingga dapat menyebabkan kualitas buah sawo tidak cukup baik untuk
diolah(Rusdianto et al.,2009).
III.METODE
PELAKSANAAN
Praktikum Rantai
Pemasaran, Penanganan dan Kerusakan Pasca Panen dilaksanakan di tiga tempat
yang berbeda yaitu pasar induk, supermarket, dan pedagang eceran pada tanggal
10 Mei 2015.Peralatan yang digunakan,yaitu alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.Bahan yang digunakan adalah materi cara pemasaran,penanganan,dan
kerusakan komoditas sawo.
Praktikum ini dilakukan dengan survei lapangan
dan mengumpulkan data satu macam komoditas hortikultura,yaitu sawo. Data-data
yang diambil antara lain:
1. Macam
varietas komoditas tersebut.
2. Bagaimana
komoditas sampai ke tangan penjual.
3. Dengan
apa komoditas diangkut.
4. Bagaimana
mengemas komoditas tersebut.
5. Berapakah
kehilangan hasil yang ada.
6. Bagaimana
dan seperti apa komoditas dijual kepada konsumen.
Hasil
wawancara dari survei dibuat laporan kemudian dipresentasikan.
IV.HASIL
Hasil
Survey Komoditas Buah Sawo
No.
|
Tempat
|
Rantai
Pemasaran
|
Kehilangan
Hasil Komoditas(%)
|
Varietas
|
1.
|
Pasar Induk
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Supermarket
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Pedagang Eceran
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan
- :Tidak
menemukan pedagang buah sawo.
V.PEMBAHASAN
Pemasaran dapat didefinisikan
sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan
barang-barang dan jasa dari produsen sampai konsumen dengan melalui proses
pertukaran barang dengan uang atau jasa. Berdasarkan definisi tersebut, maka
dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan
barang –barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang di bangun berdasarkan arus barang
yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan
(equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).
Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada
pengguna akhir secara langsung di antara mereka terdapat sekelompok perantara
yang melaksanakan beragam fungsi. Perantara ini membentuk saluran pemasaran
(disebut juga saluran dagang atau saluran distribusi).Saluran pemasaran (marketing channels) adalah sekelompok
organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk
atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi.Beberapa perantara
seperti pedagang grosir dan eceran. Yang membeli, berhak atas, dan menjual kembali barang dagangan disebut
Pedagang. Broker, perwakilan produsen, agen penjualan, mencari pelanggan dan
dapat bernegosiasi atas nama produsen tetapi mereka tidak berhak atas barang
maka mereka disebut agen. Periklanan yang membantu dalam proses distribusi
tetapi juga tdak memiliki hak atas barang dan tidak menegosikasikan penjualan
disebut fasilitator.Skema rantai pemasaran adalah seperti pada Gambar 1.
Gambar 1.Rantai
Pemasaran
Rantai pemasaran
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada proses pemasaran.Rantai pemasaran
akan mempengaruhi tingkat harga dan kualitas barang yang dipasarkan.Semakin
panjang rantai pemasaran maka harga pada tingkat pengecer atau untuk konsumen
menjadi tinggi.Hal tersebut disebabkan adanya perantara pemasaran yang terkait
dalam melakukan pemasaran.Panjang pendek rantai pemasaran dapat berpengaruh
pada kualitas komoditas hortikultura.Semakin panjang rantai pemasaran kualitas
bisa menurun apabila penanganan pada tingkat pedagang kurang baik atau melewati
saluran pemasaran yang tidak menerapkan penanganan pasca panen,seperti pada
tingkat pedagang eceran di pasar.Kualitas komoditas juga bisa terjaga apabila
proses pemasaran melewati bagian rantai pemasaran yang menerapkan penanganan pasca
panen seperti di bagian pengemasan komoditas sehingga kualitas komoditas dapat
terjaga.Contoh konkret yang lain adalah buah dari pasar induk dikemas dengan
kardus lalu dikirim ke supermarket.Pada supermarket,komoditas hortikultura
mendapat perlakuan seperti pendinginan komoditas pada suhu yang sesuai
komoditas.Proses tersebut dapat menperlambat proses kemunduran komoditas
sehingga kualitas komoditas hortikultura dapat terjaga.Pada supermarket harga
komoditas hortikultura menjadi lebih tinggi daripada harga di tingkat petani
karena proses penanganan dan pengemasan komoditas dilakukan dengan baik
sehingga harga menjadi tinggi karena nilai jual yang menjadi tinggi karena
adanya penanganan yang tepat serta pengemasan yang dapat meningkatkan nilai
jual
Pengepul merupakan
perantara pada proses pemasaran komoditas hortikultura.Pengepul dapat
memberikan keuntungan.Hal tersebut disebabkan karena pengepul dapat memperluas
jaringan pemasaran komoditas hortikultura.Jaringan pemasaran yang luas dapat
meningkatkan kuantitas komoditas yang dijual.Pengepul juga dapat meminjamkan
modal tanpa jaminan sehingga pedagang dapat meningkatkan kuantitas
penjualan.Pengepul juga dapat memberikan dampak negatif apabila menjual suatu
komoditas dengan harga tinggi pada tingkat pengecer sedangkan pengepul tersebut
membeli komoditas dengan harga yang murah.Hal tersebut sangat menguntungkan
pengepul dan dapat merugikan pada tingkat produsen atau pedagang besar.
Distribusi juga sering dikenal sebagai bagian dari
pemasaran. Dimana pemasaran juga diartikan sebagai proses distribusi. Saluran
distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen
dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalamdua golongan, yaitu ;
Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada
aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang
disalurkan tersebut. Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau
jasa dari produsen ke konsumendan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau
jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan
faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik.
Sawo (Manilkara
zapota), juga dikenal dengan nama sapodilla (Inggris) merupakan tanaman
buah yang berasal dari Amerika Tengah. Sawo tumbuh liar di hutan-hutan Amerika
Tengah dan Mexico, dimana pohonnya disadap untuk diambil getahnya, dan getahnya
diolah menjadi bahan dasar permen karet. Dari sana Sawo tersebar ke
negara-negara lain termasuk Indonesia dimana merupakan tempat sawo tumbuh
secara komersial.
Sawo berbentuk pohon
setinggi 15-20 meter kalau sudah dewasa. Tanaman yang berdaun kecil-kecil ini
tumbuh bagus di daerah dataran rendah, berbuah lebat di musim penghujan.
Buahnya berbentuk bulat telur sepanjang 3 cm, warna kulitnya kuning tua sampai
hitam kebiruan kalau sudah matang, banyaknya biji bervariasi antara 1-6 butir.
Tanaman sawo dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl.
Paling bagus ditanam di dataran rendah sekitar ketinggian 400 mdpl, suhu udara
28 C. di daerah pegunungan yang suhunya dingin pertumbuhan tanaman sawo akan
lambat dan bahkan bisa kerdil. Karena dapat tumbuh dimana-mana(daerah kering
maupun basah), sawo baik sekali dimanfaatkan sebagai tanamn pekarangan maupun
penghijauan untuk perbaikan lingkungan.
Ada dua varietas
tanaman sawo yang ditanam oleh masyarakat Indonesia, pertama adalah tanaman
yang menghasilkan buah berbentuk bulat telur (terkenal dengan sebutan buah sawo
manila) dengan ujung agak runcing. Kedua yang menghasilkan buah berbentuk bulat
buntek seperti apel (sehingga disebut sawo apel) dengan ujung buah agak datar.
Diantara berbagai varietas sawo manila yang sudah dikembangkan dan dikenal
masyarakat adalah, Sawo Betawi (besar, lonjong, kulit tipis kecoklatan, tidak
banyak mengandung getah, daging buahnya cokelat kemerahan, sangat manis, harum
aromanya, tidak tahan disimpan lama karena cepat lembek dan busuk. ), Sawo
Karat (Buahnya berbentuk lonjong, lebih kecil ukuranya dibanding sawo betawi,
kulitnya tebal, kasar, berbintik-bintik cokelat seolah karatan. Buahnya selalu
dipetik ketika masih mentah, kalau tidak kulit buah akan berkerut-kerut setelah
masa), Sawo Kulon (ukuranya mirip sawo betawi tetapi bentuknya lonjong dan
lebih lengket. Kulitnya cokelat kehijauan dan tidak mudah dibersihkandari
selaputnya yang kasar. Daging buahnya berwarna cokelat muda, rasanya kurang
manis, bahkan mengandung rasa agak asam).
Gambar
2. Diagram Alir Perdagangan Sawo
Unsur-Unsur Yang Mendukung Perdagangan Sawo :
1. Pedagang sawo.
Penjual sawo
merupakan tokoh kunci dalam proses distribusi sawo ke konsumen.
2. Petani sawo
Peran petani sawo
sangat penting disini. Karena dari sinilah buah sawo diproduksi. Petani sawo adalah
mereka yang mempunyai pohon sawo, baik itu dikembangkan dalam kebun sawo, atau
yang hanya mempunyai buah sawo skala rumahan. Petani sawo yang mempunyai kebun
yang luas.
3. Pemetik atau
pencari sawo
Pemetik atau
pencari sawo adalah mereka yang pekerjaan sehari-harinya mencari buah sawo di
berbagai wilayah.selain mencari mereka juga memetik sendiri buah sawo yang
masih di pohon. Pekerjaan ini membutuhkan ketelatenan, karena buah sawo harus
dipetik satu persatu, agar buah tidak rusak. Selain sebagai pemetik, mereka
juga sebagai penebas. Karena mereka juga membeli secara langsung dari
petaninya.
4. Pencuci sawo
Pencuci sawo
adalah mereka yang pekerjaanya hanya mencuci sawo. Biasanya mereka dibayar
setiap 100 butir sawo dihargai 1500 rupiah. Namun banyak juga para pedagang
yang mencuci sedniri sawo-sawonya. Sehingga memangkas biaya produksi.
5. Pengepul sawo
Penegepul adalah
mereka yang kerjanya mengumpulkan buah sawo dari para petani dan pemetik.
Jaringan mereka biasanya lebih luas dan mereka juga mengolah sawo sebelum
dijual ke pasaran.Buah sawo yang sudah siap kirim ditarus dalam kotak yang
tertutup rapat lengkap dengan karbit sebagai katalis agar sawo matang pada
waktunya.
6. Penjual luar
daerah
Penjual luar
daerah yaitu para pengecer dari daerah-daerah lain yang belanja(kulak)nya
di dusun Bunut. Biasanya mereka langsung membeli buah yang siap jual kepada
pengepul. Keberadaan mereka tersebar di berbagai wilayah, baik itu pada
pasar-pasar buah maupun berbagai tempat wisata.
7. Konsumen
Konsumen sawo adalah
pembeli sawo dari pedagang dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan survei yang dilakukan ke
berbagai tempat penjualan seperti Pasar Induk, Pedagang eceran dan supermarket,
tidak ditemukan buah sawo, hal ini dikarenakan tidak musim dan tidak ada
pasokan buah dari luar daerah. Selain itu, permintaan konsumen yang rendah akan
buah sawo membuat pedagang tidak memasok buah sawo. Buah sawo yang biasa dijual
di Yogyakarta adalah varietas manila. Pada saat pengangkutan dari petani ke
pengepul, buah sawo diangkut menggunakan keranjang rotan, sedangkan ketika
masuk ke pedagang eceran dapat menggunakan wadah plastik, piring atau jaring.
Sawo yang dijual di supermarket dijual dengan menggunakn krat dari plastik
dengan dialasi karet agar tidak sawo tidak mudah rusak. Berdasarkan wawancara
dengan pedagang, kehilangan hasil panen dari Pasar Induk ke Pedagang sebesar
5%. Jumlah ini cukup kecil sehingga tidak berdampak terhadap hasil penjualan.
VI.KESIMPULAN
1.Rantai pemasaran
sawo,yaitu dari petani sawo,pemetik sawo,pencuci sawo,pedagang eceran atau
petani sawo,pemetik sawo,pencuci sawo,pengepul,pedagang luar daerah,pedagang
eceran. Penanganan pasca panen buah sawo adalah dengan wadah plastik ditingkat
pedagang eceran.Pedagang supermarket melakukan penanganan dengan krat dari
plastik dengan dialasi karet. Kehilangan hasil panen dari pasar induk ke
pedagang sebesar 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi,Aguss dkk.2014.Modul
Participatory Action Research. LPPM UIN Sunan Ampel,Surabaya.
Kusumawaty,Yeni dan Tengku Harunur
Rasyid.2009.Strategi pemasaran sayuran di Perusahaan Pacet Segar Cianjur.SAGU
8: 27-33.
Limbong,
W. H. dan P. Sitorus. 1995. Kajian Pemasaran
Komoditi Pertanian Andalan. Sosial Ekonomi Pertanian IPB,Bogor.
Nopiana,S.dan Siti Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun
tanaman hortikultura di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara.EPP 8: 30-40.
Rozika, R.H. Murti dan S. Purwanti. 2013. Eksploitasi dan karakterisasi
sawo (Manilkara zapota (L.) van
Royen) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Vegetalika. 2 :101-104.
Rusdianto,U.,Leni Marlina,dan
Kuswandi.2009.Teknik Budidaya Tanaman Sawo.< http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/downloads/Budidaya%20Sawo.pdf>.Diakses
tanggal 11 Mei 2015.
Simamora,Bilson.2001.Memenangkan Pasar
dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Sudheer,K.P. dan
V.Indira.2007.Post Harvest Technology of Horticultural Crops.Jai Barat Printing
Press,New Delhi.
LAMPIRAN
Penjualan Sawo di Pedangang
Pengecer
|
Pengambilan Sawo dari Pengepul
|
Sawo
menggunakan wadah krat plastik
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar