LAPORAN PRAKTIKUM
PASCA PANEN HORTIKULTURA
ACARA II
SUSUT BERAT DAN KEMUNDURAN KOMODITAS
PASCA PANEN HORTIKULTURA
ACARA II
SUSUT BERAT DAN KEMUNDURAN KOMODITAS
Disusun oleh:
Nama :Rizky Adi Pratama
NIM :12897
Gol/Kel:C2/6
Asisten :1.Bella Vyatrisa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
NIM :12897
Gol/Kel:C2/6
Asisten :1.Bella Vyatrisa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
4.Istiklaliyah
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kemunduran dan susut berat suatu
komoditas hortikultura merupakan proses alami yang tidak bisa dihindari.Hal
tersebut disebabkan karena proses transpirasi dan respirasi pada hasil panen
komoditas.Transpirasi menyebabkan pengurangan kadar air pada komoditas sehingga
menyebabkan penampilan suatu komoditas menjadi layu dan berkerut.Susut berat
pada waktu singkat disebabkan oleh adanya transpirasi.Selain
transpirasi,kemunduran komoditas disebabkan oleh proses perombakan senyawa yang
terdapat pada komoditas seperti karbohidrat, protein, lemak melalui respirasi
Laju susut berat pada komoditas
hortikultura dapat dihubungkan dengan rasio luas permukaan komoditas terhadap
volume komoditas.Semakin besar rasio tersebut laju susut berat komoditas akan
semakin cepat.
B.Tujuan
1.Mengukur susut berat
dan mengamati kemunduran mutu komoditas hortikultura yang tidak disimpan dengan
baik
2.Menghitung rasio luas
permukaan dan volume komoditas hortikultura dalam hubungannya dengan kecepatan
susut berat.
II.TINJAUAN
PUSTAKA
Sejarah di dunia menunjukkan bahwa keberhasilan dalam membangun ekonomi
sangat ditentukan oleh kesuksesan dalam membangun faktor pertanian
termasuk Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Australia maupun Cina.
Sementara faktor yang tidak membangun pertanian sebagai dasar pembangunan
faktor ekonomi akan mengalami kemunduran seperti Argentina, Chili, Srilangka,
Myanmar, India termasuk Indonesia. Hasil kajian Saptana et al (2001) dalam
Tuban(2013) menunjukkan bahwa hingga kini produk hortikultura masih sulit
bersaing untuk memasuki pasar ekspor Singapura dan Malaysia dengan berbagai faktor
mulai masalah kualitas, kontinuitas pasokan, tingginya kerusakan dalam
pengangkutan sampai kondisi faktor politik dalam negeri, sehingga pentingnya mewujudkan
keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui strategi
kelembagaan kemitraan usaha agribisnis(Tuban,2013).
Komoditas hortikultura terutama sayuran
merupakan sumber provitamin A, vitamin C, dan mineral dan terutama dari kalsium
dan besi. Selain hal tersebut sayuran
juga merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh. Sayuran juga dapat memberikan kepuasan terutama dari segi warna dan
teksturnya. Disisi lain sayuran adalah hasil pertanian yang apabila selesai
dipanen tidak ditangani dengan baik akan segera rusak. Kerusakan ini terjadi
akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. (Hotton,1986 cit. Samad,2006)
Komoditas
hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi,
mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta
mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya
hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura
dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada (Soleh, 1999 cit. Nopiana dan Balkis,2011).
Produk
pascapanen hortikultura merupakan produk yang mudah rusak.Hasil pasca panen
merupakan bagian tanaman yang masih hidup yang mengandung sekitar 65 -95%
air.Kegiatan fotosintesis pada produk yang telah dipanen masih terjadi.Pada
komoditas pasca panen mengalami proses kemunduran fisiologi yang disebabkan
oleh suhu,kelembaban dan kerusakan fisik. Apabila suatu komoditas pasca panen
diletakkan pada suhu kamar akan menyebabkan perubahan warna dan ketegaran
buah(Soesanto,2006).
Kehilangan pasca panen memiliki banyak pengertian.Pengertian tersebut
meliputi kehilangan ekonomi,yaitu penurunan nilai jual karena perubahan bentuk
fisik pada komoditas.Kehilangan secara kuantitatif yaitu kehilangan yang
disebabkan penurunan berat karena
berkurangnya kadar air dan bahan kering karena respirasi.Kehilangan nutrisi
seperti berkurangnya kandungan vitamin mineral dan gula. Penanganan pasca
panen dapat menekan kehilangan pasca
panen dan menjaga kualitas nutrisi.Faktor yang mempengaruhi kemunduran
komoditas yaitu factor fisik,fisiologi komoditas,mekanis,dan kebersihan ruang
simpan.Buah dan sayur merupakan makhluk hidup yang melakukan metabolism tinggi
dan mempunyai masa simpan yang pendek.Faktor lainnya meliputi hama dan
penyakit,Faktor lingkungan meliputi suhu,kelembaban relatif dan keseimbangan
oksigen dalam ruang simpan(Sudheer dan Indira,2007).
Kehilangan air dalam bentuk uap pada suatu komoditas hortikultura
disebabkan oleh faktor spesies, kultivar, kematangan, pematangan dan penuaan,
kerusakan mekanis selama penanganan,pelapisan lilin, dan tampilan susunan
permukaan pada komoditas seperti rambut.Luas permukaan mempengaruhi laju
kehilangan air.Meskipun kehilangan air dinyatakan dalam persentasi susut
berat,pengaruh rasio luas permukaan terhadap volume komoditas juga harus
dipertimbangkan.Sayur mempunyai rasio luas terhadap volume yang besarl sehingga
laju kehilangan air tinggi.Sayur berukuran kecil akan cepat layu atau berkerut
karena terlalu banyak kehilangan air lebih cepat daripada sayur yang berukuran
besar karena memiliki rasio luas permukaan terhadap area yang besar(Hui et al.,2003)
III.METODE
PELAKSANAAN
Praktikum indeks sampah komoditas
hortikultura dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 di Laboratorium
Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta pada pukul
13.30 WIB. Bahan yang digunakan meliputi 16 komoditas hortikultura,yaitu tomat,
jeruk, sawi putih, buncis, sawo, bawang bombay, bayam, jambu biji, cabai,
kembang kol, pir, gambas, belimbing, kentang, mentimun,dan bawang putih. Selain
komoditas tersebut bahan yang digunakan adalah air dan kertas koran. Alat yang
digunakan,meliputi pisau, timbangan, kalkulator, gelas ukur, gelas piala 500 ml
dan 1000 ml, penggaris,dan wadah.
Cara kerja yaitu masing-masing
komoditas diambil 4 buah. Dua buah yang lain diukur berat awal,VQR serta
tingkat kelayuan.Dua buah tersebut dibiarkan selama dua jam.Setelah dua jam
dilakukan pengukuran berat serta pengukuran VQR dan tingkat kelayuan.Dua buah
tersebut disimpan selama dua minggu.Setiap hari susut berat,VQR dan tingkat
kelayuan dua buah komoditas tersebut diamati dan dicatat.Dua buah yang lain
hanya diukur volume dan luas permukaannya.Volume diukur dengan cara menempatkan
air pada gelas ukur atau gelas piala lalu
masing-masing komoditas dimasukkan pada air tersebut.Perubahan volume air
dianggap sebagai volume komoditas.Luas permukaan diukur dengan rumus berikut
ini:
Lp= Luas Kertas Koran (10 cm x 10 cm)
x Berat Pola Kertas Koran Untuk Menutupi Permukaan Komoditas
Berat
Kertas
Koran berukuran (10 cm x 10 cm)
Nilai VQR(Visual Quality Rating)
Kader et al(1973)
Nilai
|
Keterangan
|
9
dan 8
|
Sempurna,Segar,Sangat
Baik
|
7
dan 6
|
Baik,Kerusakan
Sedikit
|
5
dan 4
|
Cukup,Kerusakan
Sedang
|
3
|
Buruk,Tidak
Terjual
|
2
|
Bagian
yang termakan terbatas
|
1
|
Tidak
termakan sama sekali
|
Nilai Kelayuan
NIlai
|
Keterangan
|
1
|
Segar
|
2
|
Agak
segar
|
3
|
Layu
|
4
|
Sangat
Layu
|
IV.HASIL
1.Susut
Bobot
Susut Berat (gr)
|
||||||||||||||
Hari Ke-
|
||||||||||||||
Komoditas
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
Tomat
|
1.58
|
1.41
|
2.335
|
3.335
|
4.35
|
5.275
|
6.285
|
7.17
|
8.695
|
|||||
Jeruk
|
1.75
|
1.645
|
3.08
|
4.265
|
4.595
|
5.09
|
5.575
|
6.665
|
8.78
|
11.03
|
13.96
|
17.28
|
18.995
|
21.665
|
Sawi
Putih
|
46.845
|
75.16
|
52.04
|
81.58
|
||||||||||
Buncis
|
6.465
|
10
|
6.935
|
12.135
|
||||||||||
Sawo
|
2.845
|
4.52
|
6.145
|
7.43
|
8.95
|
11.215
|
11.905
|
14.66
|
14.75
|
14.75
|
17.245
|
|||
Bawang
Bombay
|
0.105
|
0.05
|
0.085
|
0.13
|
0.005
|
0.34
|
0.415
|
0.375
|
0.345
|
0.345
|
0.43
|
|||
Bayam
|
18.25
|
25.28
|
||||||||||||
Jambu
Biji
|
2.445
|
4.09
|
8.15
|
|||||||||||
Cabai
|
0.465
|
2.955
|
2.93
|
1.72
|
1.715
|
1.675
|
1.62
|
|||||||
Kembang
Kol
|
7.045
|
151.47
|
148.83
|
46.09
|
||||||||||
Pir
|
0.485
|
0.485
|
1.03
|
1.86
|
2.18
|
|||||||||
Gambas
|
5.285
|
5.285
|
13.355
|
17.825
|
21.21
|
24.925
|
29.33
|
|||||||
Belimbing
|
3.255
|
5.06
|
7.65
|
10.145
|
12.745
|
12.745
|
||||||||
Kentang
|
0.805
|
0.725
|
1.005
|
1.215
|
1.36
|
1.485
|
1.715
|
1.715
|
1.66
|
6.235
|
5.94
|
6.495
|
6.835
|
6.895
|
Mentimun
|
9.01
|
14.81
|
19.055
|
23.335
|
26.1
|
29.8
|
32.205
|
33.67
|
35.04
|
35.605
|
37.19
|
|||
Bawang
Putih
|
0.025
|
0.04
|
0.04
|
0.04
|
0.04
|
0.055
|
0.07
|
0.65
|
0.8
|
0.09
|
0.09
|
0.09
|
0.1
|
0.1
|
2.VQR
Hari Ke-
|
|||||||||||||||
No
|
Komoditas
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
1
|
Tomat
|
5.5
|
5.5
|
5.5
|
5
|
5
|
5
|
4.5
|
4
|
4
|
|||||
2
|
Jeruk
|
5.5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4.5
|
4.5
|
4.5
|
4
|
4
|
4
|
3.5
|
3.5
|
3
|
3
|
Sawi Putih
|
3
|
3
|
3
|
3
|
||||||||||
4
|
Buncis
|
3
|
3
|
3
|
3
|
||||||||||
5
|
Sawo
|
8
|
7.5
|
7.5
|
7.5
|
7.5
|
6
|
6
|
4
|
4
|
3
|
3
|
|||
6
|
Bawang Bombay
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
5.5
|
5
|
||||
7
|
Bayam
|
4
|
3
|
||||||||||||
8
|
Jambu Biji
|
7
|
6.5
|
5
|
|||||||||||
9
|
Cabai
|
7
|
5
|
4
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||||||
10
|
Kembang Kol
|
3
|
3
|
2
|
1
|
||||||||||
11
|
Pir
|
5
|
4.5
|
4.5
|
4
|
3.5
|
|||||||||
12
|
Gambas
|
5.5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
|||||||
13
|
Belimbing
|
6.5
|
6
|
5
|
4
|
3
|
3
|
||||||||
14
|
Kentang
|
8
|
8
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
15
|
Mentimun
|
6.5
|
6.5
|
6.5
|
6
|
5.5
|
5.5
|
5.5
|
4.5
|
4
|
2
|
1
|
|||
16
|
Bawang Putih
|
9
|
8
|
8
|
7
|
7
|
7
|
6.5
|
6.5
|
6.5
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
3.Tingkat Kelayuan
Hari Ke-
|
|||||||||||||||
No
|
Komoditas
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
1
|
Tomat
|
1.5
|
2.5
|
2.5
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|||||
2
|
Jeruk
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
1.5
|
3
|
Sawi Putih
|
3
|
3
|
3
|
3
|
||||||||||
4
|
Buncis
|
2
|
2
|
2
|
2
|
||||||||||
5
|
Sawo
|
1
|
1.5
|
1.5
|
2
|
2
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
3
|
3
|
3
|
|||
6
|
Bawang Bombay
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
2
|
2
|
2
|
||||
7
|
Bayam
|
3
|
4
|
||||||||||||
8
|
Jambu Biji
|
2
|
3
|
3
|
|||||||||||
9
|
Cabai
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
|||||||
10
|
Kembang Kol
|
3
|
3
|
4
|
4
|
||||||||||
11
|
Pir
|
2
|
2
|
3
|
3.5
|
3.5
|
|||||||||
12
|
Gambas
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
|||||||
13
|
Belimbing
|
2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
||||||||
14
|
Kentang
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
2.5
|
2.5
|
15
|
Mentimun
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.5
|
2
|
2
|
2.5
|
3
|
3
|
4
|
|||
16
|
Bawang Putih
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.5
|
1.5
|
2
|
2
|
2
|
V.PEMBAHASAN
Susut bobot komoditas hortikultura adalah
proses berkurangnya air dalam bentuk uap yang terjadi pada komoditas
hortikultura.Proses tersebut menyebabkan komoditas menjadi layu dan
berkerut.Hal tersebut menimbulkan penurunan kualitas sehingga harga komoditas
tersebut menurun.Susut bobot merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dan
perlu penanganan khusus karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas hasil pasca panen.
Susut bobot dalam waktu yang singkat
disebabkan oleh proses transpirasi.Transpirasi disebabkan oleh faktor iklim
yaitu suhu dan kelembaban.Suhu yang tinggi membuat laju transpirasi menjadi
lebih cepat.Kelembaban yang rendah juga dapat mempercepat laju transpirasi.Menurut
Pantastico(1975),pada suatu komoditas terdapat suatu komponen anatomi yang
mempengaruhi laju transpirasi yaitu stomata.Pada bagian daun,jumlah stomata
lebih banyak daripada di buah atau umbi sehingga proses transpirasi menjadi
cepat.Bentuk sel pada buah juga seragam daripada sayur sehingga proses
transpirasi juga cepat pada sayur.Tingkat kematangan suatu komoditas
mempengaruhi jumlah lentisel pada orgas tersebut.Semakin tua suatu buah atau
sayur,jumlah lentiselnya semakin banyak sehingga laju transpirasi akan cepat
pada organ yang sudah tua.Selain transpirasi,proses susut berat dan kemunduran
juga dipengaruhi oleh proses respirasi.Faktor yang mempengaruhi transpirasi
juga berpengaruh pada respirasi seperti factor suhu,jumlah oksigen,dan
kelembaban.Laju respirasi juga dipengaruhi oleh komposisi udara pada raung
simpan komoditas.Semakin banyak kandungan oksigen di udara semakin cepat pula
proses respirasi terjadi.
Sayur dan buah memiliki
rasio luas terhadap volume yang berbeda.Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perbedaan kecepatan dalam hal susut berat.Sayur lebih porous sehingga memiliki
laju susut bobot yang tinggi daripada buah.Sayur lebih porous karena ikatan
jaringan palisade dan mesofil yang renggang(Pantastico,1975).
Histogram
Rasio Luas Per Volume Komoditas
Rasio luas terhadap volume komoditas
tomat,jeruk,sawo,bawang bombay,jambu biji,pir,gambas,belimbing,kentang,mentimun
memiliki rasio yang kecil nilainya hal tersebut disebabkan karena volume
komoditas tersebut kecil dan luas permukaan yang besar.Hal tersebut menunjukkan
bahwa komoditas tersebut memiliki laju transpirasi dan susut bobot berat yang
besar.Dari beberapa komoditas tersebut terdapat komoditas yang golongan buah
yaitu seperti tomat,jeruk,dan belimbing menunjukkan bahwa susut bobot buah
lambat karena memiliki rasio luas terhadap volume yang kecil. Menurut
Pantastico(1975),pada suatu komoditas terdapat suatu komponen anatomi yang
mempengaruhi laju transpirasi yaitu stomata.Buah dan umbi memiliki stomata
dengan jumlah yang sedikit sehingga proses transpirasi menjadi lambat.Bentuk
sel pada buah juga seragam daripada sayur sehingga proses transpirasi juga
lambat.Hal tersebut menguatkan bukti bahwa buah memiliki laju susut berat yang
lambat.
Pada komoditas sayuran seperti sawi
putih,bayam,buncis,dan bawang putih memiliki rasio luas permukaan per volume
yang besar sehingga dapat disebut bahwa komoditas tersebut memiliki laju susut
berat yang besar nilainya.Komoditas sayur memiliki bentuk sel yang tidak seragam dan
renggang.Jumlah stomata pada sayuran sedikit daripada buah dan umbi.Jumlah
stomata yang banyak dapat menyebabkan laju transpirasi dan respirasi tinggi
sehingga susut bobot cepat terjadi dalam waktu yang singkat(Pantastico,1975).
Grafik
Susut Bobot
Berdasarkan grafik tersebut,yang termasuk
golongan sayur seperti sawi putih,kembang kol,bayam,dan buncis memiliki
kecepatan susut berat yang cenderung tinggi.Hal tersebut karena sayur memiliki
rasio luas permukaan terhadap volume
yang tinggi sehingga susut bobot lebih cepat terjadi.Hal sebaliknya terjadi
pada golongan buah seperti tomat, jambu biji, pir, jeruk,s awo, belimbing yang
memiliki laju susut bobot yang rendah.Pada bawang bombay, gambas, mentimun,kentang,bawang
putih memiliki laju susut bobot yang rendah karena rasio luas permukaan
terhadap volume yang bernilai rendah.
Grafik
VQR
Berdasarkan grafik menunjukkan
bahwa semakin lama penyimpanan suatu komoditas pada suhu ruang maka nilai VQR
cenderung menurun.Hal tersebut disebabkan karena komoditas mengalami susut
bobot dan kemunduran.Pada komoditas tomat,sawi putih, buncis, belimbing, bayam,kembang
kol cenderung lebih cepat mengalami
penurunan nilai VQR yang bertahap dan cepat.Komoditas tersebut,ada yang tergolong sayur sehingga mengalami kemunduran
dan susut bobot yang cepat.Lain halnya dengan buah jeruk yang lambat dalam hal
pembusukan karena tergolong buah sehingga proses penurunan nilai VQR lebih lambat karena mempunyai porositas pada
lapisan permukaan yang lebih sedikit daripada sayur.Kentang, gambas, bawang
putih, pir, bawang bombay, mentimun, dan sawo memiliki rasio luas per volume
yang kecil sehingga nilai VQR menurun dalam waktu yang lama.Cabai memiliki
nilai rasio luas terhadap volume yang kecil sehingga nilai VQR cepat
turun.Jambu biji memiliki nilia VQR yang
menurun secara bertahap dan busuk diduga karena proses pematangan dan pemasakan
buah terjadi secara cepat.
Grafik
Kelayuan
Sawi putih,kembang
kol,bayam,cabai,gambas,dan belimbing cenderung cepat layu.Sawi putih,kembang
kol,dan bayam cepat layu karena memiliki rasio luas terhadap volume yang besar
sehingga kelayuan lebih cepat terjadi karena adanya transpirasi dan
respirasi.Tomat, jeruk, sawo, bawang bombay,gambas,kentang,mentimun,dan bawang
putih memiliki tingkat kecepatan kelayuan yang lambat karena rasio luas
terhadap volume yang bernilai rendah sehingga susut berat komoditas tersebut
lambat sehingga kecepatan kelayuan juga lambat.Buah pir dan jambu biji cepat
busuk disebabkan karena buah tersebut sudah diduga dalam kondisi masak yang
mendekati kematangan sehingga proses kelayuan cepat terjadi.
VI.KESIMPULAN
1.Komoditas hortikultura yang tidak disimpan dengan baik atau pada suhu
kamar akan mempercepat laju susut bobot dan kemunduran mutu.Kemunduran tersebut
cepat terjadi terutama pada komoditas sayuran,seperti komoditas cepat mengalami
pembusukan atau pematangan sehingga menjadi tidak layak.
2.Komoditas yang memiliki nilai rasio luas permukaan terhadap volume yang
tinggi cenderung memiliki laju susut bobot yang cepat daripada yang memiliki
rasio yang bernilai kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
Hui,Y.H. , Sue Ghazala , Dee M . Graham
, K . D . Murrell , dan Wai-Kit Nip.2003. Handbook of
Vegetable Preservation and Processing.Marcel Dekker,Inc,New York.
Pantastico,Er.B.Postharvest
Physiology,Handling,and Utilization of Tropical and Sub Tropical Fruits dan
Vegetables.The AVI Publishing Company,Inc,Westport.
Kader,A.A.,Werner
J.L.,dan Leonard L.M.1973.Systems for scoring quality of harvested
lettuce.HortScience 8: 408-409.
Nopiana,S.dan
Siti Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun tanaman hortikultura
di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.EPP 8: 30-40.
Samad,Yusuf.2006.Pengaruh pascapanen
terhadap mutu komoditas hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8:
31-36
Soesanto,Loekas.2006.Penyakit
Psca Panen:Sebuah Pengantar.Kanisius,Yogyakarta.
Sudheer,K.P.
dan V.Indira.2007.Post Harvest Technology of Horticultural Crops.Jai Barat
Printing Press,New Delhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar