Rabu, 21 Januari 2015

Rujukan Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman Praktikum Viabilitas Polen

Viabilitas polen merupakan parameter penting, karena polen harus hidup dan mampu berkecambah setelah penyerbukan agar terjadi pembuahan. Ketersediaan polen dengan viabilitas yang tinggi merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman (Widiastuti dan Palupi, 2008). Selanjutnya Bot dan Mariani (2005) menjelaskan, polen merupakan tahap kritis dalam siklus hidup tanaman, viabilitas polen sangat penting untuk efisien reproduksi seksual tumbuhan. 
Polen dinyatakan viabel apabila mampu menunjukkan kemampuan atau fungsinya menghantarkan sperma ke kandung lembaga (Kantong embrio), setelah terjadinya penyerbukan. Polen dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu periode waktu tertentu. Hilangnya viabilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban relatif (Shivanna et al., 1991).
Sebutir polen (pollen grain) adalah sebuah sel yang hidup dan mempunyai inti (nucleus) serta protoplasma, yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel itu terdiri atas dua lapis, yaitu lapisan dalam (intine) yang tipis serta lunak seperti selaput dan lapisan luar (axine) yang tebal dan keras untuk melindungi seluruh isi butir polen (Darjanto dan Satifah, 1982).
           Jika polen sesuai (compatible), polen akan berkecambah pada kepala putik dan membentuk sebuah tabung polen yang akan membawa gamet jantan pada gametofit betina. Senyawa protein yang terdapat pada awal pembentukan polen disebut Lectin, berada di dalam lapisan luar (exine) dan lapisan dalam (intine). Lectin berperan penting dalam mekanisme mengenali antara putik-polen. Namun bila polen tidak sesuai (incompatible), perkecambahan polen akan terhambat atau pertumbuhan tabung polen akan tertahan dalam jaringan pemindah (Anjelina, 2009).


 Gambat 1. Tahapan Pembentukan Tabung Polen.


Untuk membentuk buah harus melalui penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan hanya dapat terjadi apabila polen yang viabel jatuh ke kepala putik yang dapat mengeluarkan senyawa biokimia (reseptif). Viabilitas polen menyatakan keadaan polen yang sudah masak dan siap untuk menyerbuk kepala putik. Polen akan berkecambah membentuk tabung polen dan menghantarkan sperma untuk membuahi sel telur sehingga pembuahan dapat berhasil. Dengan terhambatnya pembentukan tabung polen maka berakibat pembuahan tidak terjadi karena sperma tidak bisa sampai ke bakal buah. Dengan demikian buah tidak bisa terbentuk (Wahyuningsih et al., 2009).
Pembuahan merupakan kelanjutan dari penyerbukan. Pada proses pembuahan ini, polen yang menempel pada kepala putik dengan bantuan cairan yang ada pada kepala putik akan berkecambah atau memanjang (Hanum, 2008).
                                    


Gambat 2. Tahapan Proses Pembuahan .


 
DAFTAR PUSTAKA

Anjelina, R. 2009. Silangan secara invitro (Invitro Pollination). http://enzel-ria.blogspot.com/2009/10/silangan-secara-invitro-invitro.html. [Diakses Tgl 31 - 07 - 2010].
 
Bot, M. dan Mariani, C. 2005. Viabilitas serbuk sari di lapangan. Radboud Universiteit.
              Nijmegen. http://www.cogem.net/ContentFiles/Pollen viability.pd. [Diakses Tgl 28 - 08 - 2010].
Darjanto, dan Satifah, S. 1982. Biologi bunga dan teknik penyerbukan silang buatan. PT Gramedia. Jakarta. 143 hal.

Hanum, C. 2008. Teknik budidaya tanaman jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. hal 144 - 168. 

Shivanna, K. R., Linkens, H. F. and Cresti, M. 1991. Pollen viability and pollen vigor. Theor. Appl. Genet. 81 : 38 - 42.

Wahyuningsih, S., Tripeni, H. dan Supriyanti, L. 2009.  Pengaruh perendaman biji dalam insektisida berbahan aktif profenofos terhadap perubahan viabilitas serbuk sari, kaitannya dengan produksi buah tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill.). Unila. Bandar lampung. 
  
Widiastuti, A. dan Palupi, E. R. 2008. Viabilitas serbuk sari dan pengaruhnya terhadap keberhasilan pembentukan buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 


Proses pembuahan yang terjadi pada Angiospermae dikenal dengan pembuahan ganda. Proses pembuahan diawali dengan penyerbukan (polinasi), yaitu penempelan butir serbuk sari ke kepala putik. Setelah penyerbukan, butir serbuk sari yang menempel pada kepala putik berkecambah membentuk buluh serbuk sari.
Inti sel serbuk sari membelah menjadi sel vegetatif dan sel generatif. Sel vegetatif bergerak ke buluh serbuk sari yang menuju bakal buah (ovarium). Sementara itu, sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan dua sel sperma. Saat buluh polen (serbuk sari) mencapai ovum (bakal biji), inti vegetatif menembus kantong embrio melalui mikrofil dan melepaskan kedua sel sperma.
Satu sel sperma (inti sel generatif) membuahi sel telur membentuk zigot yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya (inti sel generatif 2) membuahi dua inti kandung lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk sel triploid (3n). Sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan makanan cadangan yang disebut endosperm.
Selanjutnya, endosperm akan menyediakan makanan bagi embrio yang berkembang dari zigot. Dua peristiwa fusi yang terjadi antara sel sperma dengan sel telur dan sel sperma dengan kandung lembaga sekunder (2n) inilah yang dikenal dengan pembuahan ganda pada Angiospermae. Sel antipoda serta sel sinergid biasanya mengalami degenerasi. Proses pembuahan selanjutnya akan diikuti dengan perkembangan buah dan biji.
Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar