Outline
Proposal Penelitian
Pengaruh
Sistem Irigasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Varietas Melati
Menoreh
Oleh
Rizky
Adi Pratama
12/334853/PN/12897
Fakultas
Pertanian
Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta
2014
I.PENDAHULUAN
1.Latar
Belakang
Beras
merupakan komoditas yang berperan penting dalam perekonomian
negara,ketahanan pangan nasional serta menjadi basis utama dalam
revitalisasi pertanian. Seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk,kebutuhan beras pada tahun 2005 sampai 2015 diprediksi akan
terus meningkat. Pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton
gabah kering giling. Pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diprediksi
sebesar 65,9 juta ton gabah kering giling. Salah satu strategi yang
ditempuh untuk meningkatkan produksi padi nasional adalah
pengembangan sistem irigasi(Litbang Pertanian,2005).
Sistem
irigasi yang baik merupakan pendukung keberhasilan pembangunan
pertanian dan merupakan kebijakan pemerintah yang sangat strategis
guna mempertahankan produksi swasembada beras. Diperlukan pengelolaan
dan perhatian khusus dalam pengelolaan sumber daya air karena sangat
berpengaruh terhadap pemanfaatan air untuk kebutuhan tanaman,
kehilangan air selama proses penyaluran air irigasi dan pada proses
pemakaian(Akmal dkk.,2014).
Air
yang bersumber dari irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang
sangat strategis. Berbeda dengan input lain seperti pupuk atau
pestisida yang dimensi peranannya relatif terbatas pada proses
produksi pertanian. Peranan air irigasi mempunyai dimensi yang lebih
luas. Sumberdaya tersebut tidak hanya mempengaruhi produktivitas
tetapi juga mempengaruhi spektrum perusahaan komoditas pertanian.
Oleh karena itu,kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada
pertumbuhan produksi pertanian tetapi berimplikasi pada strategi
pengusahaan komoditas pertanian dalam arti luas. Di masa
mendatang,seiring dengan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan terhadap
air irigasi untuk memproduksi pangan terutama komoditas padi akan
terus meningkat(Simatupang, 2000).
Di
dalam jaringan tanaman,air berfungsi sebagai penyusun utama jaringan
yang aktif mengadakan kegiatan fisiologis dan memelihara turgiditas
yang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan sel (Kramer, 1963).
Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi bahwa secara
langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi
semua proses metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan
terganggunya proses pertumbuhan (Pugnaire dan Pardos, 1999). Air
merupakan komponen penting yang dibutuhkan tanaman dalam proses
pertumbuhan,perkembangan dan produksi tanaman padi sawah.
Ketersediaan air yang cukup merupakan faktor utama dalam produksi
padi. Air dapat berpengaruh pada bentuk fisik tanaman,unsur hara,dan
keadaan fisik tanah(De Datta,1981). Fungsi air sebagai faktor
produksi tanaman padi,yaitu memelihara struktur tanah yang telah
diperoleh selama pengolahan tanah ,menghambat dan menekan pertumbuhan
gulma,mengatur tinggi rendahnya suhu dalam tanah serta menetralkan
atau mencuci unsur-unsur yang dapat meracuni tanaman
(Amirullah,2012).
Air
merupakan komponen utama yang dibutuhkan tanaman selain unsur hara,
cahaya, dan udara. Peranan air bagi tanaman antara lain: (1)
merupakan senyawa protoplasma, (2) media bagi reaksi metabolisme, (3)
pereaksi penting dalam fotosintesis dan proses-proses hidrolik, (5)
serta untuk turgiditas, pertumbuhan sel, mempertahankan bentuk daun,
operasi stomata, dan pergerakan struktur tumbuhan (Tjondronegoro
dkk.,
1999). Secara umum,tanaman memerlukan air pada kondisi yang seimbang
yaitu, keadaan pada saat air tersedia sama dengan kebutuhan tanaman.
Kekurangan dan kelebihan air dapat mengganggu proses metabolisme
bahkan akan mematikan tanaman. Hale dan Orcutt (1987) menyatakan
bahwa kekeringan dapat berpengaruh pada pertumbuhan, hasil, dan
kualitas tanaman. Kekurangan air yang berkepanjangan mengakibatkan
tanaman mati.
Pada
skala makro, pemberian air melalui irigasi seringkali diterapkan
secara tidak efisien oleh petani. Kehilangan air di sepanjang saluran
melalui rembesan masih tergolong tinggi. Sebagian besar petani
menerapkan irigasi dengan prinsip mengairi lahan dengan volume air
sebanyak mungkin tanpa menghiraukan kebutuhan optimum air untuk
pertanamannya, sementara sebagian lahan petani lainnya tidak
mendapatkan cukup air sehingga berakibat pada rendahnya produktivitas
tanaman. Penerapan irigasi yang tidak efisien bisa terjadi melalui
cara pemberian air yang tidak tepat baik secara jumlah dan waktu atau
oleh kehilangan air yang berlebihan melalui rembesan. Penggenangan
air secara terus-menerus. dapat berpotensi mengurangi efisiensi
serapan hara nitrogen dan meningkatkan emisi gas metana pada
atmosfer. Pengelolaan air padi sawah merupakan upaya untuk menekan
kehilangan air dipetakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan
hasil gabah persatuan luas dan volume air. Pengurangan air akibat
perkolasi, rembesan, dan aliran permukaan dapat menekan penggunaan
air irigasi (Amirullah,2012).
Salah
satu sistem irigasi yang dapat menghemat air adalah sistem pengairan
berselang. Pengairan berselang atau disebut juga intermittent
adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang
secara bergantian untuk menghemat air irigasi sehingga areal yang
dapat diairi menjadi lebih luas, memberi kesempatan kepada akar untuk
mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam,mencegah
timbulnya keracunan serta mencegah penimbunan asam organik dan gas
H2S
yang menghambat perkembangan akar. Pengairan berselang memberi
kesempatan kepada akar untuk berkembang menjadi lebih baik. Pengairan
berselang dapat mengurangi kerebahan, mengaktifkan jasad renik
mikroba yang bermanfaat, mengurangi kerebahan pada tanaman padi.
Selain itu,hal tersebut dapat mengurangi jumlah anakan yang tidak
produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah), menyeragamkan
pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen, memudahkan pembenaman
pupuk ke dalam tanah (lapisan olah), memudahkan pengendalian hama
keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek
batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama
tikus(Badan Litbang Pertanian,2011). Sistem irigasi berselang mampu
menghemat air sebanyak 41% dan 49%(Setiobudi,1987 cit.
Juliardi dan Ruskandar,2006)
2.Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh beberapa sistem pengairan
pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi varietas Melati
Menoreh.
3.Manfaat
1.Diharapkan
dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi
dalam usaha peningkatkan efisiensi penggunaan air pada padi.
2.Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam budidaya padi sawah.
4.Hipotesis
Sistem
pengairan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi
varietas Melati Menoreh.
II.BAHAN
DAN METODE PENELITIAN
1.Waktu
dan Tempat
Penelitian
dilaksanakan pada bulan April 2016 hingga Juli 2016 di salah satu
unit University Farm, Unit Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, IPB,
Darmaga pada ketinggian 240 m dpl dengan kisaran suhu harian 25-29 º
C. Jenis tanah di tempat ini yaitu, Latosol dengan pH antara
4,5-5,5.
2.Bahan
dan Alat
Bahan
tanaman yang digunakan yaitu bibit padi varietas Melati Menoreh
berumur 18 hari. Pupuk yang digunakan yaitu, pupuk Urea, SP-18, dan
KCl. Alat yang digunakan, antara lain: alat-alat pertanian, bagan
warna daun (BWD), alat ukur (meteran atau penggaris,gelas ukur), dan
timbangan.
3.Rancangan
Penelitian
Percobaan
ini dilaksanakan dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok
dengan menggunakan 3 perlakuan sistem irigasi. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali.Dengan demikian terdapat 9 unit percobaan.
Model linier yang digunakan yaitu:
Yijk
= µ + Ti + Bj + Єij
Keterangan
Yijk
= Pengaruh perbedaan sistem pengairan dari perlakuan ke-I pada
ulangan ke-j
Ti
= Pengaruh sistem pengairan ke-i
Bj
= Pengaruh blok ke-j
Єij
= Pengaruh galat percobaan dari system pengairan ke-I pada ulangan
ke-j
Untuk
mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan uji sidik ragam
(uji F) menggunakan analisis varian pada taraf 5 %. Apabila
menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji DMRT (Duncan
Multiple Range Test)
pada taraf 5%. Data diolah dengan menggunakan program
SAS.
3.Pelaksanaan
Penelitian
Kegiatan
dimulai dengan pengolahan tanah yang dilakukan dua minggu sebelum
tanam. Lahan dicangkul dan dibajak. Bekas sisa tanaman atau gulma
dibuang. Tanah dibuat bedhengan setinggi 0.4 m. Ukuran petak
percobaan 4 m x 4 m. Jarak antarpetak perlakuan 0,4 m. Jarak
antarulangan perlakuan 0,7 m.
Penanaman
dilakukan pada bibit padi yang berumur 14 hari dengan jarak tanam 20
cm x 20 cm, 1 bibit per lubang. Petakan yang digunakan dalam setiap
satuan percobaan berukuran 4 m x 4 m = 16 m2.
Penyulaman dilakukan pada 1-3 minggu setelah tanam (MST) dengan
bibit yang berumur sama.
Pengairan
dilakukan sesuai dengan perlakuan. Untuk pembanding (A),dilakukan
penggenangan kurang lebih setinggi 5-10 cm secara terus-menerus pada
semua fase pertumbuhan. Sedangkan perlakuan (B), pemberian air
dilakukan secara berselang, yaitu penggenangan dilakukan pada awal
tanam hingga 10 HST, kemudian dikeringkan selama 5-6 hari hingga
retak-retak, kemudian digenangi lagi dengan ketinggian macak-macak
(2-5 cm). Pengaturan air berselang terus dilakukan hingga memasuki
fase pembungaan. Sejak fase keluar bunga hingga 10 hari sebelum
panen, lahan terus digenangi setinggi sekitar 5 cm, kemudian setelah
itu hingga saat panen dikeringkan untuk memudahkan pemanenan dan
meratakan pemasakan gabah. Pemberian air pada perlakuan (C), yaitu
hanya pada kemalir/ parit saja dan tidak dilakukan penggenangan.
Pemberian
pupuk urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada 4 MST, 6 MST dan saat
menjelang primordia bunga dengan dosis 200 kg/ha dengan proporsi
masing-masing 30%, 40%, 30%. Pupuk SP-18 dan KCl hanya diberikan
sekali yaitu pada saat tanam dengan dosis 200 kg/ha SP-18 dan 100
kg/ha KCl.
4.Pengamatan
Pengamatan
dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil serta
hasil panen. Pengamatan tinggi tanaman,jumlah anakan per rumpun,dan
warna daun dilakukan pada tanaman sampel pada petak yang merupakan
tanaman tepi. Setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman sampel yang
diamati. Pengamatan panjang akar dan volume akar dilakukan pada
tanaman korban yakni tanaman pada petak sampel. Tanaman tersebut
dikelilingi 8 tanaman.Setiap unit percobaan dipilih 3 tanaman korban.
Komponen hasil dan hasil tanaman dilakukan pada tanaman yang berada
pada petak ubinan dan diamati saat tanaman padi berumur 105 hari atau
saat tanaman sudah siap dipanen.
A.Pengamatan
pada pertumbuhan vegetatif padi sawah meliputi:
1.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga
ujung daun tertinggi pada setiap minggu mulai 4-8 MST.
2.
Jumlah anakan per rumpun diukur setiap minggu mulai 4-8 MST.
3.
Warna daun, diukur dengan menggunakan bagan warna daun pada daun
teratas yang telah membuka.Skoring warna daun dilakukan pada setiap
minggu mulai 4-8 MST.
4.
Panjang akar, diukur dari pangkal batang hingga akar terpanjang pada
saat 4 MST dan 8 MST.
5.
Volume akar, diukur dengan mencelupkan akar yang sudah dicuci bersih
dan diperas ke dalam gelas ukur pada saat 4 MST dan 8 MST.
B.Peubah
komponen hasil dan hasil tanaman meliputi:
1.
Komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif (jumlah malai per
rumpun), jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot per 1000
butir tanaman sampel. Mutu fisik gabah: bobot gabah isi dan gabah
hampa (% bobot).
2.
Hasil tanaman, yaitu bobot gabah basah dan kering per ubinan, serta
dugaan hasil gabah kering panen dan gabah kering giling per
hektar(Astuti,2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Akmal,Masimin dan
Ella Meilianda.Efisiensi irigasi pada petak tersier di daerah irigasi
Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara.Jurnal Teknik Sipil 3: 20-37.
Amirullah.2012.Pengelolaan
Air Sistem Basah Kering
.<http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=703:pengelolaan-air-sistem-basah-kering-awd&catid=133:pertanian&Itemid=207>.Diakses
tanggal 1 Januari 2015.
Astuti,D.N.2010.Pengaruh
sistem pengairan terhadap pertumbuhan dan produktivitas beberapa
varietas padi sawah(Oryza
sativa L.).Institut
Pertanian Bogor.Skripsi.
Badan Litbang
Pertanian.2011.Cara Pengairan Berselang pada Padi
Sawah.<http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/995/>.Diakses
tanggal 30 Desember 2014.
De Datta, S. K.
1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley &
Sons, Inc,Canada.
Hale, M. G., and D.
M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plants Under Stress. John Willey
and Sons.,New York. Kramer, P.J. 1963. Water stress and plant growth.
Agronomic Journal 55: 31-35.
Juliardi,Iwan
dan Ade Ruskandar.2006.Teknik Mengairi Padi Kalau macak-macak cukup,
mengapa harus digenang?.Sinar Tani
Litbang
Pertanian.2005.Proses dan Arah Pengembangan Agribisnis
Padi.<http://www.litbang.pertanian.go.id/special/komoditas/b2padi>.Diakses
tanggal 1 Januari 2015.
Pugnaire, F.I., and
J. Pardos. 1999. Constrains by water stress on plant growth. In
Passarakli, M. (ed.) Hand Book of Plant and Crop Stress. John Wiley &
Sons, New York.
Simatupang, P. 2000.
Fenomena Perlambatan dan Instabilitas Pertumbuhan Produksi Beras
Nasional: Akar penyebab dan kebijakan pemulihannya. Makalah
disampaikan pada Praseminar Nasional Sektor Pertanian Tahun 2002:
Kendala, Tantangan dan Prospek, Bogor 4 Oktober 2000, Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Tjondronegoro, P.,
W. Prawinata, dan S. S. Harran. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan
Jilid II. Diktat. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,Bogor.